Menurutnya, organisasi Polri, terutama Brimob, masih sangat kental dengan kultur fasisme dan tradisi yang militeristik. Meski berstatus sipil, pembentukan personelnya sejak di lembaga pendidikan masih lekat dengan ketentaraan.
Pembentukan watak dan karakter tentara memang dilakukan atas dasar doktrin yang merepresentasikan kebanggaan, kewibawaan dan kehormatan kolektif institusional.
“Itu berarti berbicara simbol-simbol, identitas dan ideologi. Implementasi yang sering kita lihat dan dengar adalah slogan "disiplin adalah nafasku, kesetiaan adalah kebanggaanku, kehormatan di atas segala-galanya,” katanya.
Khairul menyarankan penanaman doktrin soal disiplin, loyalitas dan kehormatan tadi, mestinya dibarengi dengan pengembangan budaya malu.
“Malu tidak disiplin, malu melanggar aturan, dan malu bertindak tidak terhormat,” kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: