Riset Bilang Ada Interaksi Columbus dan Suku Kanibal di Masa Ekspedisi, Seperti Apa?
Penjelajah Italia Christopher Columbus mendokumentasikan pertemuan dengan perompak kanibal selama ekspedisi ke Karibia pada 1492. Selama bertahun-tahun, para peneliti menganggap kisah itu hanya mitos, hingga studi terbaru mengungkap hal sebaliknya.
Riset yang terbit di Scientific Reports menemukan fakta tentang suku Carib. Kelompok masyarakat Amerika Selatan tersebut menganut kanibalisme, yakni praktik memakan manusia. Carib menyerbu Jamaika, Hispaniola, dan Bahama pada 800 Masehi.
Baca Juga: Karya Pertama William Shakespeare Keluaran 1623 Dilelang, Harganya Fantastis!
Artinya, suku Carib memang ada di bagian utara Karibia ketika Columbus tiba di sana. Pada catatannya, Columbus mendeskripsikan penduduk Carib sebagai "Caniba". Mereka meneror penduduk asli Arawak, menculik para perempuan dan memakan para pria.
Tim periset di studi terbaru menganalisis sejumlah tengkorak yang didapat dari ekspedisi menggunakan teknologi pengenalan wajah, terutama ukuran rongga mata atau panjang hidung. Hasilnya lantas digunakan untuk mengungkap hubungan antara kelompok.
Tengkorak suku Carib mudah diidentifikasi berkat praktik "perataan tengkorak" yang mereka lakoni. Ada tanda melengkung pada tengkorak mereka, di antara lebih dari 100 tengkorak yang diprediksi berasal dari masa 800 Masehi hingga 1542 Masehi.
Penulis utama studi, Ann Ross, mengatakan terdapat tiga kelompok suku yang berbeda dari sejumlah tengkorak itu. Para pemukim di Karibia pada masa tersebut tidak hanya datang dari Yucatan, Kolombia, dan Venezuela seperti yang semula diketahui.
Temuan penting lain dari keberadaan tembikar di sana ialah warga juga berasal dari Bahama dan Hispaniola.
"Saya telah bingung selama bertahun-tahun karena saya tidak memiliki komponen Bahama ini," kata profesor di North Carolina State University itu.
Kurator Museum Sejarah Alam Florida yang mendalami arkeologi Karibia, William Keegan, mengatakan temuan itu memang mengejutkan.
Meski belum bisa dipastikan 100 persen, masuk akal jika perbedaan tembikar itu dikaitkan dengan ekspansi Carib.
Terlebih, dengan fakta bahwa Arawak dan Carib adalah musuh, meski sesekali ada perkawinan antarkelompok.
"Mungkin ada praktik kanibalisme yang terlibat. Kami harus menafsirkan kembali semua yang kami tahu," kata Keegan, dikutip dari laman Fox News.
Pada 2017, para ahli menemukan jangkar di perairan Karibia yang diyakini milik kapal tim ekspedisi Columbus.
Proyek arkeologi terpisah pada Desember 2019 menemukan dua jangkar abad ke-16 di lepas pantai Meksiko, diduga milik penakluk asal Spanyol, Hernán Cortés.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: