Ingin Hindari Ancaman, Rouhani Desak Pasukan AS dan Eropa Agar Menjauh dari Timur Tengah
Perjanjian itu secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) dan Presiden AS Donald Trump secara sepihak mengundurkan diri pada 2018.
Gesekan di wilayah itu meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah serangkaian serangan di wilayah Teluk.
Baca Juga: Presiden Rouhani Akan Gelar Pertemuan dengan PM Abe, Lagi Tertekan Iran Malah Minta Bantuan Jepang?
Kekhawatiran perang habis-habisan muncul pada awal Januari setelah serangan udara AS menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani di Baghdad, mendorong serangan balasan rudal Iran terhadap AS di Irak.
Pasukan Eropa telah dikerahkan bersama pasukan AS di Irak dan Afghanistan. Prancis juga memiliki pangkalan angkatan laut di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab, sementara Inggris telah membuka pangkalan di negara kepulauan Bahrain.
Juru bicara Komisi Eropa Peter Stano mengatakan, para pejabat mengetahui ancaman itu, tetapi Uni Eropa tidak memiliki rencana untuk meninggalkan Irak.
Menteri Pertahanan Italia Lorenzo Guerini mengatakan kepada anggota parlemen bahwa pemerintahnya memiliki rencana untuk meningkatkan jumlah pasukan Roma di Selat Hormuz.
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer memilih melakukan kunjungan mendadak ke pangkalan Azraq di Yordania, tempat pasukan Jerman bertugas dalam perang melawan kelompok ISIS. Jerman ingin melanjutkan pelatihan pasukan Irak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: