Jenis baru virus corona telah muncul di China tepatnya di Kota Wuhan yang mewabah dan kemudian mulai ditemukan kasusnya, per hari ini, di 16 negara. Virus corona kali ini diberi nama 2019-nCoV atau juga flu Wuhan yang gejalanya flu, batuk, hingga pneumonia yang bisa menyebabkan kematian.
Virus corona kali ini menjadi perhatian global kala dunia mencoba mencari vaksinnya. Bentuk penyakit akibat virus corona sebelumnya sudah muncul dengan MERS tahun 2012 dan SARS tahun 2002-2003.
Lantas apa perbedaan dan persamaan flu Wuhan Corona 2019 dengan MERS dan SARS?
Berikut dikutip dari situs NPR.
Baca Juga: BlueDot, Startup Kesehatan Klaim Telah Prediksi Virus Corona
Coronavirus Wuhan 2019-nCoV
Pertama kali dilaporkan muncul pada Desember 2019 di Wuhan, China. Diduga akibat mengonsumsi atau menyentuh hewan tertentu yang belum diidentifikasi. Penularan manusia ke manusia melalui kontak dekat bisa terjadi. Hingga Senin, 27 Januari 2020, mendekati 3000 orang dilaporkan terjangkit, sementara angka kematian sudah mencapai 80 orang. Kebanyakan kasus berada di Wuhan, China lalu negara Asia lain dan sebagian ada di Amerika Serikat dan Eropa.
MERS
MERS merupakan singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome. Pertama kali dilaporkan ada di Arab Saudi tahun 2012. Disebutkan awalnya akibat sentuhan dengan unta atau memakan daging dan meminum susunya. Penularan manusia ke manusia sangat terbatas dan tidak besar potensi penularan. Disebut ada 2.494 kasus dengan kematian 858 orang per November 2019. Angka kematian 34 persen.
Kasus MERS kebanyakan ditemukan di negara-negara jazirah Arab yang 80 persennya di Arab Saudi. Angka kematian mulai menurun sejak 2016.
SARS
SARS pertama kali muncul di bagian selatan China tahun 2002. SARS singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome yang diyakini menyebar awalnya melalui kelelawar dan kemudian bisa ditularkan antarmanusia melalui kontak dekat. Dicatat setidaknya ada 8.098 kasus dengan jumlah kematian 774 orang atau sekitar 10 persen.
Sejak tahun 2004, tak ada lagi kasus SARS yang dilaporkan. Sementara, 87 persen kasus SARS ada di wilayah China dan Hong Kong.
Nama corona sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti mahkota yang bila virus itu diobservasi lewat mikroskop, bentuknya akan seperti mahkota. Banyak bentuk virus corona, apalagi jika virus tersebut bisa bermutasi.
Virus corona memang disebut menjadi biang terjadinya 15 persen hingga 30 persen penyakit flu dalam berbagai level. Namun, selain versi yang amat berbahaya, jutaan kasus akibat corona bisa terjadi dan untungnya tidak mematikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum