Dalio Bocorkan Kesalahan Terbesar yang Kerap Dilakukan Investor, Apa Tuh?
Miliarder, investor, dan pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, membocorkan dua kesalahan terbesar yang kerap dilakukan para investor dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Sabtu (25/1/22020).
"Kesalahan terbesar investor adalah berpikir bahwa pasar yang naik belakangan ini adalah pasar yang lebih baik, bukan pasar yang lebih mahal," tutur Dalio, dikutip Money and Market, Sabtu.
Baca Juga: Kata Miliarder Ray Dalio tentang Sistem Kapitalisme Amerika
Menurut Dalio, kesalahan terbesar yang seringkali dilakukan para investor adalah Fear of Missing Out (FOMO) atau takut tertinggal. Saham yang mengalami masa-masa bagus dan sangat populer, tak serta merta bagus juga untuk dibeli.
Ketika Anda memutuskan untuk membeli saham karena sangat populer, kemungkinan malah bisa jadi overbought dan terlalu mahal. "Jadi, jangan salah berpikir bahwa hal-hal yang sudah naik itu lebih baik. Jika Anda bisa menghilangkan itu, Anda akan melakukannya dengan baik," katanya.
Miliarder yang suka memberi nasihat investasi dan kehidupan kepada 330.000 lebih pengikut Twitter-nya ini juga menyebutkan poin berikutnya, yakni diversifikasi portofolio. Diversifikasi portofolio saham artinya tidak menyimpan semua telur dalam satu keranjang.
"Berikutnya, memahami bagaimana melakukan diversifikasi dengan baik. Karena melalui diversifikasi, Anda dapat mengurangi risiko tanpa mengurangi pengembalian Anda," jelasnya.
Agar portofolio terdiversifikasi dengan baik, kata Dalio, Anda harus memiliki aset yang saling bekerja sama. Artinya, jika aset yang satu bergerak turun, akan berkorelasi dengan saham, atau saham akan naik. Salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui dana yang diperdagangkan di bursa, atau ETF dan reksadana.
Pada dasarnya, memiliki portofolio yang terdiversifikasi berarti memiliki beragam investasi yang dapat menghasilkan pengembalian lebih tinggi dan juga dapat menurunkan risiko.
Dalio mendirikan perusahaan hedge fund terbesar di dunia, Bridgewater Associates, pada 1975. Saat ini, perusahaan ini mengelola aset sekitar US$160 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: