Terorisme mengambil bentuk-bentuk baru sejak ISIS kehilangan wilayahnya di Suriah. Hal itu disampaikan oleh para ahli di sebuah lokakarya yang berlangsung di Roma, Italia.
Para ahli menilai, sementara kelompok ekstrimis mungkin secara signifikan melemah, itu tetap menjadi "bayangan global" yang dipicu oleh hubungan dengan kejahatan terorganisir.
"Jenis bahaya baru sedang muncul," kata Alessandro Minuto-Rizzo, Presiden Yayasan Perguruan Tinggi NATO dalam lokakarya tersebut, seperti dilansir Al Arabiya.
Baca Juga: Konflik AS-Iran Bangkitkan ISIS
Di lokakarya tersebut, para ahli menyoroti bagaimana terorisme sekarang memengaruhi lebih banyak negara daripada sebelumnya, tetapi dengan serangan skala kecil.
"Tren yang diamati adalah peningkatan jumlah negara yang terkena dampak terorisme dalam hal ekspansi, sementara serangannya kurang mematikan," ungkap Lea Perekrests, Wakil Direktur Operasi Institut.
Dalam laporan Global Terrorism Index yang baru-baru ini diterbitkan oleh Institute for Economics and Peace, disebutkan bahwa 95 persen serangan teroris pada 2019 terjadi di zona konflik.
"Serangan-serangan ini telah didorong oleh perdagangan gelap," kata Jeffrey Hardy, Direktur Jenderal Aliansi Transnasional untuk Memerangi Perdagangan Ilegal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: