Sejak tahun lalu ISIS tampaknya sudah kalah. Mereka kehilangan sebagian besar wilayah. Pemimpin kelompok itu juga sudah terbunuh dan mesin propaganda mereka di media sosial pun sudah ditutup.
Namun, ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran serta bentrokan karena kehadiran pasukan AS di Timur Tengah menciptakan kesepakatan bagi kelompok teroris itu bangkit kembali. Para pakar mengatakan ISIS mulai membangun kampanye serangan gerilya selama satu tahun terakhir.
"Ketegangan ini tentu akan membantu Deash (ISIS) karena seluruh pasukan menjadi sibuk dengan urusan yang lain," kata peneliti Suriah, Abdullah Suleiman Ali, Selasa (28/1).
Baca Juga: Hentikan Konflik AS-Iran, Lembaga Anti-Perang Menguat
Pasukan Amerika di Irak menghentikan operasi mereka melawan ISIS selama dua pekan. Di sisi lain milisi Irak yang didukung Iran mengalihkan fokus mereka dari melawan ISIS menjadi mengusir pasukan AS dari Timur Tengah.
Sel-sel ISIS yang tertidur mengintensifkan serangan mereka di Irak dan Suriah dalam beberapa pekan terakhir. Mereka membunuh dan melukai puluhan orang di dua negara itu.
Aktivis dan warga setempat mengatakan sejak AS membunuh komandan militer Iran Jenderal Qasem Soleimani pada 3 Januari lalu dengan drone di Bandara Baghdad, ISIS semakin intensif melancarkan serangan-serangan mereka. Belum diketahui apakah kenaikan serangan ini berkaitan dengan serangan itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti