Kisah Kelam Pendiri Cisco yang Terhempas dari Raksasa Telkom Global Buatannya
Menjadi salah satu brand paling populer di dunia, Cisco sukses ditempatkan Forbes di posisi 15 world's most valuable brand tahun 2019. Namun, di balik kejayaan dan kesuksesan saat ini, ternyata terselip kisah kelam yang mewarnai sejarah Cisco System.
Kisahnya tak jauh berbeda dari kisah Silicon Valley klasik tentang perebutan kekuasaan yang akhirnya menggulingkan pendirinya sendiri. Saat didirikan, Cisco merupakan hasil karya dari sepasang suami-istri bernama Len Bosack dan Sandy Lerner.
Keduanya saat itu masih bekerja sebagai pegawai bagian komputer di Stanford University. Saat masih bekerja di sana, keduanya sadar mereka memiliki ide untuk mendirikan sebuah usaha. Kebetulan saat bekerja, keduanya kerap dihadapkan oleh keterbatasan jaringan komputer.
Baca Juga: Telkom-Cisco Kerja Sama Bangun National Digital Platform
Sementara mereka saat itu memiliki banyak tugas yang membutuhkan bantuan komunikasi antarjaringan komputer dengan cepat. Namun, saat itu masing-masing jaringan komputer memiliki protokolnya sendiri (seperangkat instruksi-semacam bahasa komputer).
Akhirnya tercetuslah ide dalam menciptakan mesin yang dapat menerima perintah dari semua jaringan dan mengirimkannya ke semua jaringan yang lain dari jaringan yang berbeda.
Keduanya pun keluar dari dunia kampus dan mengajak sekelompok besar insinyur dan programmer pandai untuk bergabung dalam perusahaan mereka yang dinamai Cisco Systems. Lalu, mesin Cisco yang mereka ciptakan bersama disebut sebagai mesin multiprotocol router.
Cisco menjual router pertamanya pada tahun 1986 dan pada akhir tahun 1987. Dari hasil penjualannya, perusahaan itu pada awalnya hanya mampu meraup pendapatan sekitar US$1,5 juta.
Lambat laun, untuk berkembang mereka membutuhkan lebih banyak dana. Akhirnya, Cisco membuat kesepakatan dengan kapitalis ventura terkenal Don Valentine dari Sequoia Capital. Sequoia Capital tercatat telah menginvestasikan dananya hingga US$2 juta pada awal mula bergabung dengan Cisco.
Dari sana lah awal mula posisi kedua pendiri Cisco goyah. Karena tak lama mendapatkan suntikan dana, Cisco akhirnya memiliki pimpinan baru. Tepatnya, pada 1999, Valentine menunjuk nakhoda baru untuk Cisco. Dia adalah John Morgridge yang sebelumnya memang sudah lebih dulu menjalankan perusahaan komputer bernama GRiD.
Penunjukan Morgridge itu membawa dampak langsung terhadap konflik internal perusahaan. Lerner dan Morgridge digosipkan tak akrab sejak awal kerja samanya.
Cekcok antara keduanya semakin kentara saat Lerner diundang untuk wawancara di sebuah stasiun TV ternama di sana. Saat itu, Lerner blak-blakan menyebut Morgridge sering menyalahkan dirinya atas semua permasalahan yang ada di tubuh perusahaan itu.
Di sisi lain, Morgridge berpendapat kedua pendiri Cisco tersebut justru tak benar-benar paham atas strategi penjualan yang baik dan benar, sehingga berdampak buruk pada perkembangan perusahaan teknologi komputer itu.
Akhirnya, dewan memihak Morgridge dan menggulingkan kedua pendiri Cisco. Keduanya pun langsung menjual dua pertiga saham mereka di Cisco dengan harga sekitar US$170 juta dolar. Tak lama setelahnya, Lerner dan Bosack memutuskan untuk bercerai.
Beberapa tahun kemudian, Lerner dikabarkan sukses dengan bisnis barunya yang terkenal sebagai pendiri perusahaan kosmetik ternama bernama Urban Decay.
Beruntung, tak lama dari peluncuran brand kosmetik, Urban Decay langsung dibeli oleh Moet-Hennessy Louis Vuitton yang otomatis membawa cuan besar buat Lerner.
Lerner juga memiliki pertanian organik dan kedai minuman di Virgina, dan dikenal sebagai pendiri Inisiatif Ilmu Pengetahuan Matematika di Universitas Shenandoah.
Di sisi lain, suaminya, Bosack memilih pensiun dini dan tinggal di negara bagian Pennsylvania. Meski sudah bercerai, keduanya dikabarkan tetap berteman dan keduanya masih mengelola yayasan amal bersama, yang fokus mendanai pendidikan, kesejahteraan hewan, dan lain sebagainya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: