Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ingin Bangkit Lagi, Department Store Tertua di AS Malah Tutup 125 Toko dan PHK Karyawan

Ingin Bangkit Lagi, Department Store Tertua di AS Malah Tutup 125 Toko dan PHK Karyawan Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rantai department store mewah dan salah satu yang tertua di Amerika Serikat, Macy’s, berencana menutup 125 toko selama tiga tahun ke depan. Sekitar 2.000 karyawan akan dirumahkan sebab kantor pusat di Cincinnati dan kantor-kantor teknologi di San Francisco juga ditutup.

Ke-125 toko tersebut mencakup 30 toko yang sudah diumumkan, dengan sekitar US$1,4 miliar nilai penjualan tahunannya. "Sekitar 2.000 pekerjaan yang dipotong mewakili sekitar 9 persen dari tenaga kerja korporatnya," kata CEO Jeff Gennette dalam sebuah pernyataan, dikutip CNBC, Selasa (4/2/2020).

Baca Juga: Beralih ke E-commerce, Walmart India PHK 56 Pejabat Eksekutifnya

Perusahaan yang telah berdiri sejak 1858 ini berencana keluar dari kondisi lemahnya penjualan. Sejak 2015, Macy’s telah menutup lebih dari 100 toko dan membuka toko-toko yang lebih kecil di pusat perbelanjaan terbuka. Macy’s memperkirakan total biaya terkait dengan perubahan ini antara US$450 juta dan US$490 juta, yang sebagian besar dicatat pada 2019.

Fokus Macy’s adalah pertumbuhan bisnis off-price yang dikenal dengan Backstage, mengembangkannya ke luar mal, dan memperbaiki bisnis online. Sekitar 50 toko Backstage tambahan dibuka di dalam department store yang ada bersama tujuh lokasi Backstage yang berdiri sendiri pada 2020.

Dengan basis toko yang lebih kecil, Macy’s berharap penjualan bersih pada tahun fiskal 2022 berada di kisaran US$23,2 miliar hingga US$23,9 miliar. Sementara, laba per saham akan berada di antara US$2,50 dan US$3,00. Penjualan di toko yang sama yang berlisensi diperkirakan akan turun 1 persen.

"Kami membawa perusahaan melalui perubahan struktural yang signifikan untuk menurunkan biaya, membawa tim lebih dekat, dan mengurangi kerja ganda," kata Gennette.

"Perubahan yang kami buat sangat dalam dan berdampak pada setiap area bisnis, tapi itu perlu. Saya tahu kami akan keluar dari transisi ini dengan kondisi lebih kuat, lebih gesit, dan lebih cocok bersaing di lingkungan ritel saat ini," sambungnya.

Saham Macy’s baru-baru ini turun kurang dari 1 persen setelah awalnya melonjak lebih dari 3 persen. Selama lima tahun terakhir, saham Macy’s telah kehilangan lebih dari setengah nilainya. Nilai pasarnya jatuh hingga US$5,1 miliar.

Sementara itu, pengecer lain yang fokus pada nilai dan menyediakan pengiriman online cepat bermunculan. Saham Walmart naik hampir 22 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara, kapitalisasi pasar Amazon mencapai US$1 triliun pada Selasa.

Penutupan dan pemutusan kerja yang direncanakan Macy’s datang menjelang pertemuan dengan investor di New York pada Rabu.

Perusahaan ini telah kehilangan pangsa pasar dalam kategori utama seperti pakaian. Keuntungannya telah ditekan karena pembeli yang jalan-jalan ke mal lebih sedikit ketimbang yang belanja melalui online melalui Amazon dan pengecer online lain.

Langkah yang diambil Macy’s diharapkan menghasilkan penghematan bruto tahunan sekitar US$1,5 miliar yang sepenuhnya direalisasikan pada akhir 2022. Tahun ini, Macy’s berharap dapat menghemat biaya sekitar US$600 juta.

Sebelumnya, Macy mengatakan dengan CNBC akan menutup kantor teknologi di San Francisco dan mengonsolidasikan operasinya di New York dan Atlanta. New York akan menjadi satu-satunya kantor pusat perusahaan ini. Kantor pusat di Cincinnati dan sebuah kantor di Lorain, Ohio ditutup. Pusat kontak pelanggan di Tempe, Arizona juga tutup.

"Kami akan memfokuskan sumber daya kami pada bagian bisnis yang sehat, secara langsung menangani bagian bisnis yang tidak sehat dan mengeksplorasi aliran pendapatan baru," ucap Gennette.

"Selama tiga tahun terakhir, kami telah menunjukkan bahwa kami dapat menumbuhkan top-line. Namun, kami memiliki pekerjaan signifikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan bottom-line," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: