Vape Jadi Biang Penyakit di Amerika, Startup Ini Jadi Harus 'Utang' Rp9,6 T Demi Tidak Bangkrut
Startup rokok elektrik (vape) Juul menghimpun utang lebih dari US$700 juta (sekitar Rp9,6 triliun) guna mendanai operasionalnya.
Penggalangan dana dilakukan satu minggu setelah perusahaan rokok itu membukukan biaya penurunan nilai US$4 miliar (sekitar Ro54,9 triliun) untuk investasi Juul, hampir sepertiga dari investasi awal senilai US$12,8 miliar (sekitar Rp175,8 triliun) di perusahaan.
Juul telah dihadapkan dengan gelombang penyakit terkait vaping yang melanda Amerika Serikat (AS), membuat regulator memperketat pengawasan terhadap perusahaan. "Juul memangkas lebih dari 650 pekerjaan dan berencana memangkas pengeluaran hingga US$1 miliar pada November," tulis Business Insider, dikutip Jumat (7/2/2020).
Baca Juga: Soal Fatwa Haram Vape, Warganet: Halalin Aku Aja
Karena tekanan-tekanan itu, valuasi Juul yang awalnya US$38 miliar merosot. Saat ini, perusahaan juga sedang berjuang melawan tuntutan hukum swasta; belum lagi pelarangan terhadap semua vape dengan rasa yang dimulai sejak Januari 2020.
Juru Bicara Juul mengatakan, "sebagai bagian dari proses memerangi penggunaan produk vape yang dilarang, kami sedang mempersiapkan Aplikasi Produk Tembakau Premarket yang komprehensif."
Juul mengklaim akan menghentikan penjualan vape dengan rasa, kecuali rasa tembakau dan menthol; menghentikan iklan di media massa dan produk digital; dan menggelontorkan US$1 miliar untuk restrukturisasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: