Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Greta Thunberg Dinominasikan Lagi untuk Nobel Perdamaian. Tepatkah?

Greta Thunberg Dinominasikan Lagi untuk Nobel Perdamaian. Tepatkah? Kredit Foto: Reuters/Susana Vera
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota Parlemen Swedia dari Partai Kiri, Jens Holm dan Hakan Svenneling, mengajukan Greta Thunberg dalam daftar peraih Nobel Perdamaian tahun ini. Ini kedua kalinya Greta dinominasikan untuk meraih penghargaan bergengsi tersebut.

Kedua politisi menyatakan bahwa remaja 17 tahun ini telah bekerja keras untuk membuat para politisi membuka mata terhadap krisis iklim dan aksi untuk mengurangi emisi mereka dan mematuhi Perjanjian Paris juga merupakan tindakan menciptakan perdamaian.

Tahun lalu, Kepala Peace Research Institute Oslo, Henrik Urdal, menghilangkan nama Thunberg dari daftar Penghargaan Nobel Perdamaian yang dia terbitkan. Alasanya, tidak ada hubungan linear yang jelas antara perubahan iklim atau dampak yang terkait sumber daya terbatas dan konflik bersenjata.

Baca Juga: Perbankan dalam Pembiayaan Iklim: Antara Prestasi dan Rapor Merah

Akhirnya, komite memilih Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed Ali, sebagai peraih Nobel Perdamaian. Ali adalah pemimpin Afrika yang dinilai telah membuat perubahan nyata bagi jutaan rakyatnya melalui pengorbanan pribadi dan keberaniannya.

Menurut jurnalis Inggris, Damian Wilson di RT, Selasa (4/2/2020), pengecualian Greta tersebut bukanlah keputusan yang jelas. Pemenang Nobel Perdamaian sering menjadi perdebatan, tidak seperti bidang Sastra, Fisika, Kimia, Ilmu Ekonomi, dan Fisiologi atau Kedokteran yang jarang menimbulkan kontroversi.

Yang paling menggelikan adalah Barack Obama yang meraih Nobel Perdamaian pada 2009. Presiden AS yang mengakhiri dua masa jabatannya dengan mengirimkan lebih banyak pasukan AS ke luar negeri daripada saat ia pertama kali datang ke Gedung Putih.

Kemudian Aung San Suu Kyi, pemimpin Myanmar yang memenangkan Nobel Perdamaian 1991 tetapi terakhir kali ia terlihat di Mahkamah Internasional untuk membela militernya dari tuduhan melakukan genosida terhadap warga Rohingya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: