Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PKS ke Jokowi: Copot Pembantu yang Suka Gaduh, Jangan Sampai Gagal Pimpin RI Gegara Mereka!

PKS ke Jokowi: Copot Pembantu yang Suka Gaduh, Jangan Sampai Gagal Pimpin RI Gegara Mereka! Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada acara puncak perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2/2020). Perayaan HPN tahun 2020 tersebut mengangkat tema 'Pers Menggelorakan Kalsel sebagai Gerbang Ibukota Negara'. | Kredit Foto: Antara/ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Jokowi ikut dikritik gara-gara ucapan Kepala Badan Pembinaan Ideologi dan Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi. Sebagai kepala negara, Jokowi punya tugas berat sehingga harus mengurangi beban politik dari jajaran pejabat pembantu yang justru bikin gaduh.

Hal ini disampaikan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman lewat akun Twitternya. Sebagai tokoh oposisi, ia mengingatkan agar Jokowi jangan sampai gagal memimpin negara karena kegaduhan jajaran pembantunya.

"Pak @jokowi sebaiknya bpk kurangi beban politik dr pembantu2 yg suka bikin gaduh. Saya ada di kubu politik berbeda tp tdk ingin bpk gagal memimpin Indonesia gara2 kegaduhan mereka," demikian cuitan Sohibul dikutip, Jumat (14/2/2020).

Baca Juga: PKS Cela: Makin Berkuasa, Makin Leluasa. Sentil PDIP?

Sohibul menambahkan PKS sebagai oposisi merupakan mitra politik pemerintahan Jokowi. Tugas penting saat ini adalah membuat kebijakan yang bisa sejahterahkan rakyat.

"Saya mitra politik dlm menjayakan NKRI n mensejahterakan rakyat. Kita memiliki tugas berat yg sama," cuit Sohibul.

Dia pun menyoroti realita politik di Indonesia yang cenderung terbalik. Maksudnya, dengan posisi berkuasa justru makin leluasa. Karena merasa leluasa maka juga bertindak semaunya.

"Memang realita di Indonesia sepertinya fatsun terbalik, "makin berkuasa makin leluasa". Merasa leluasa dg kekuasaannya maka banyak pejabat bertindak semaunya, termasuk asal bicara, bikin gaduh (hoax), korupsi, kolusi, nepotisme, dll. Tdk merasa ada "pertanggung jawaban publik"," tulis Sohibul dalam cuitannya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: