Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Media AS Beberkan Fakta Gagalnya Peran Washington dalam Perang Afghanistan

Media AS Beberkan Fakta Gagalnya Peran Washington dalam Perang Afghanistan Pasukan keamanan menjaga pos pemeriksaan di lokasi serangan bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan, Sabtu (24/2). | Kredit Foto: Reuters/Mohammad Ismail

Bagaimanapun, AS memiliki sekitar 150 ribu tentara di Irak selama masa jabatan kedua Bush dan dalam perbandingan yang lebih langsung, Soviet memiliki lebih dari 100 ribu tentara yang menduduki Afghanistan pada 1980-an.

Selain itu, kehadiran Amerika yang relatif ringan di Afghanistan ini bertujuan tidak hanya untuk pertempuran, tetapi juga membangun rumah sakit dan sekolah, menggali saluran irigasi, mengarahkan lalu lintas, dan memasak.

Terkait dengan kurangnya sekutu yang kredibel, populer, dan kompeten di lapangan, dari perspektif banyak pejabat, akar kegagalan AS di Afghanistan terletak persis di sana, di dalam masyarakat Afghanistan. Setidaknya ada dua hal yang menguatkan hal ini.

Pertama, korupsi Hamid Karzai, para sekutunya, dan sistem kleptokratis yang lebih luas, yang didapati orang Amerika tidak pernah memberi kesempatan pada pendudukan. Korupsi yang meluas tidak diragukan lagi memainkan peran penting dalam mendelegitimasi pemerintah yang didirikan AS di Kabul.

Kedua, di samping masalah utama korupsi, para pejabat AS menganggap orang Afghanistan terlalu tidak berpendidikan, terlalu tidak disiplin, dan pada dasarnya terlalu terbelakang untuk membentuk kekuatan tempur yang layak menjadi negara berdaulat.

Menurut Washington Post, sumber-sumber yang diwawancarai menggambarkan pasukan keamanan Afghanistan tidak kompeten, tidak termotivasi, kurang terlatih, korup dan penuh dengan desertir dan penyusup.

AS, di bawah pimpinan Donald Trump sendiri saat ini tengah berusaha untuk mengakhiri perang di Afghanistan, dengan melakukan pembicaraan dengan Taliban. Namun, meski sempat ada rancangan kesepakatan damai antara kedua belah pihak, pembicaraan damai AS dan Taliban masih jauh dari kata usai.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: