Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenal Lebih Dekat FTA Center

Mengenal Lebih Dekat FTA Center Refleksi pekerja pelabuhan melintas di dekat tumpukan peti kemas di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, Kamis (14/9). PT Pelindo II Teluk Bayur mencatat, proses bongkar peti kemas dari kapal hingga keluar pelabuhan (dwelling time) di pelabuhan itu tahun ini selama tiga hari, dengan rata-rata trafik 155 teus per hari, naik 3 persen dari tahun sebelumnya 150 teus per hari. | Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Demi memperbaiki defisit neraca perdagangan dan menggenjot kinerja ekspor lewat perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement), Pemerintah Indonesia membentuk Free Trade Agreement (FTA) Center. FTA Center merupakan sebuah pilot project di bawah pengawasan Kementerian Perdagangan yang didirikan pada 31 Mei 2018 silam.

Dibentuk berdasarkan Perpres Nomor 79 Tahun 2017, FTA Center berperan untuk memberikan pelayanan konsultasi, edukasi, dan advokasi tentang perjanjian perdagangan bebas. Dengan kata lain, FTA Center mendorong masyarakat dan dunia usaha memahami dan memanfaatkan FTA untuk mengembangkan usaha dan menembus pasar global.

Sejak dibentuk hingga kini, FTA Center baru terdapat di lima kota yakni Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar.

Baca Juga: FTA Center Jakarta: Corona Buat Eksportir Kesulitan Bahan Baku

Tenaga Ahli FTA Center Jakarta, Arie Putra, mengatakan pihaknya memiliki berbagai macam program untuk membantu para pelaku usaha dalam menembus pasar ekspor. Adapun, FTA Center Jakarta memegang wilayah Jabodetabek dan Banten.

"Kami FTA Center Jakarta melakukan berbagai macam pelatihan atau coaching clinic untuk para masyarakat dan pengusaha yang tujuannya meningkatkan awareness dalam berwirausaha di tingkat internasional," katanya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, belum lama ini.

Selain itu, FTA Center memberikan pelayanan gratis kepada masyarakat dan pelaku usaha. Pelayanan yang dimaksud antara lain konsultasi, advokasi, hingga pendampingan. Khususnya, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa datang langsung ke FTA Center untuk bertanya atau berkonsultasi terkait potensi perdagangan ekspor.

"Kami melakukan pendampingan kepada pelaku usaha termasuk UMKM. Banyak yang bisa dibimbing, contohnya UMKM segmen makanan dan minuman. Kami memastikan kualitas, packaging dan labelling produk terjaga baik dan bisa punya daya saing di pasar mancanegara. Artinya, membimbing sampai betul-betul fix untuk diperdagangkan," sambungnya.

"UMKM sangat potensial tetapi ada dua kekurangan. Pertama dari internal seperti sumber daya manusia, kurangnya pendampingan, dan koneksi. Kedua, dari eksternal seperti masalah sertifikasi negara pembeli, mahalnya biaya, dan ketidaktahuan tentang potensi pasar dari negara yang dituju," sambungnya.

Upaya Dorong Ekspor

Arie mengatakan FTA Center Jakarta fokus membekali pengetahuan informatif untuk para pelaku usaha di wilayah Jabodetabek dan Banten. Kegiatannya seperti coaching clinic yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan advokasi serta melayani konsultasi.

"FTA Center Jakarta merupakan one stop solution untuk masuk ke pasar ekspor," jelasnya.

Agar lebih maksimal, lanjut Arie, FTA Center Jakarta menggandeng beberapa institusi pendidikan tinggi dan instansi pemerintah daerah serta asosiasi pengusaha di wilayah Jabodetabek dan Banten.

"Kita melakukan kerja sama dengan para akademisi. Salah satu mitra perguruan tinggi yang sudah bekerja sama yaitu LPEM FEB Universitas Indonesia. Tidak lupa pemerintah daerah, dinas-dinas perdagangan, juga asosiasi pengusaha," paparnya.

Ia menjamin masyarakat dan pelaku usaha akan mendapat keuntungan jika datang ke FTA Center. Ia memastikan para pelaku usaha tidak akan dipungut biaya apapun dengan kata lain gratis. "Di sini gratis, informasi soal perdagangan internasional update, koneksi luas," jelas Arie. 

Meski demikian, Arie mengakui kalau FTA Center masih perlu meningkatkan kinerja dan kualitas layanan khususnya cara pendekatan yang dilakukan kepada masyarakat. Sebab sampai saat ini, ia mengakui FTA Center masih melakukan pendekatan konvensional dan belum mengoptimalkan potensi digital.

Meski demikian, FTA Center Jakarta tengah mengembangkan fasilitas dan layanan online beberapa di antaranya yakni pengembangan website dan fitur live chat. Selain itu, FTA Center Jakarta juga akan mengembangkan fitur kalkulator ekspor yang fungsinya membantu para pelaku usaha untuk mengalkulasi biaya ekspor. Dengan demikian, masyarakat yang tidak tinggal di pusat kota Jakarta bisa merasakan manfaatnya.

"Kami masih menyosialisasikan lewat cara konvensional atau offline. Untuk online masih kami kembangkan lebih lanjut. Kami ingin masyarakat bisa bertanya langsung tanpa repot-repot datang ke kantor di Jakarta. Harapannya cepat selesai," tukas Arie.

Banyak Pekerjaan Rumah

Ketua Umum CEO Business Forum, Jahja B Soenarjo, mengatakan kinerja FTA Center belum maksimal. Ia menegaskan masih banyak para pelaku usaha yang belum mengenal lembaga tersebut. Padahal, FTA Center dinilai sebagai pelopor dalam perdagangan antarnegara.

"Banyak industri yang belum tahu soal FTA Center, terutama industri-industri kecil. Kalau industri besar seperti sawit, tekstil, mereka sudah paham FTA (Center)," katanya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Jumat (6/3/2020).

Jahja menambahkan, FTA Center harus lebih memperkenalkan diri kepada para pelaku usaha, khususnya usaha berskala kecil. Hal itu dilakukan agar fungsi dan perannya dapat berjalan secara efektif. 

"(FTA Center) Ini perlu lebih disosialisasikan apalagi mereka ini belum lama dibentuk. Yang jelas secara fungsi mereka sangat membantu industri untuk memasarkan dan menjual produk ke luar negeri," lanjut Jahja.

Sejumlah program FTA Center, sambung Jahja, masih belum menampakkan output yang nyata. Banyak workshop, seminar, coaching clinic yang digelar tetapi hasil akhirnya seperti jumlah eksportir yang terjaring belum seberapa.

"Mereka banyak lakukan acara seminar dan pelatihan-pelatihan, tapi dalam hasilnya belum ada. Mereka masih perlu meningkatkan fungsi dan peran agar pengusaha bisa merasakan manfaatnya," tukasnya.

Jahja juga menyoroti kinerja FTA Center dalam hal persaingan dengan negara-negara lain. Menurutnya, banyak negara yang menawarkan harga produk dalam negeri dengan tarif yang lebih kompetitif. Dengan kata lain, Indonesia masih kurang bisa bersaing di taraf internasional.

"Ada negara yang lebih kompetitif dengan harga dan tarif. Kalau begitu caranya, negara kita bisa kalah," pungkasnya.

Jahja berharap FTA Center yang ada di lima kota di Indonesia harus lebih aktif dan proaktif dalam mengampanyekan organisasinya. FTA Center harus mendatangi masyarakat, bisa melayani dan tentunya punya output yang nyata.

"FTA Center harus aktif dan proaktif. Sekarang bukan hanya menunggu masyarakat di kantor, tapi harus bisa mendatangi masyarakat. Masyarakat banyak belum paham soal FTA Center dan ini pekerjaan rumah besar," tutup Jahja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: