Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penyangga Ekonomi Masa Depan, Industri Farmasi Harus Kembangkan Substitusi Impor

Penyangga Ekonomi Masa Depan, Industri Farmasi Harus Kembangkan Substitusi Impor Kredit Foto: REUTERS/Stefan Wermuth
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementrian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan industri farmasi di Tanah Air agar mampu berdaya saing hingga kancah global. Adapun langkah strategis yang perlu dijalankan, antara lain mendorong masuknya investasi untuk memperkuat struktur manufaktur dalam negeri dan menghasilkan produk substitusi impor.

"Industri farmasi merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan dalam pengembangannya karena diharapkan dapat berperan besar menjadi penggerak utama perekonomian nasional di masa yang akan datang," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Kawasan Industri Deltamas, Cikarang, Jawa Barat (11/3/2020).

Agus menambahkan, pihaknya juga bertekad untuk terus menumbuhkan sektor industri farmasi di Tanah Air dengan memperluas akses pasar dan meningkatkan utilisasinya.

Baca Juga: Harga Melonjak Gila-gilaan, Saham Sektor Farmasi Ketiban Untung Virus Corona?

"Kami berharap produk-produk industri farmasi kita bisa terserap optimal di dalam negeri, seperti melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ini salah satu yang perlu diakselerasi," imbuhnya.

Selain itu, tambah Agus, pemerintah juga terus mendorong industri farmasi di dalam negeri agar semakin meningkatan kegiatan risetnya, sehingga dapat menghasilkan inovasi produk yang berdaya saing tinggi. Langkah ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan permintaan ekspor.

"Kami ingin memperkuat struktur industri farmasi di dalam negeri. Salah satunya melalui kegiatan riset, seperti untuk pengembangan obat herbal," terangnya.

Hingga saat ini kekuatan industri farmasi di dalam negeri, didukung sebanyak 206 perusahaan, yang didominasi 178 perusahaan swasta nasional, kemudian 24 perusahaan Multi-National Company (MNC), dan empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Suplai produk farmasi di pasar domestik mampu dipenuhi oleh produksi lokal sebesar 76%," ujarnya.

Kemenperin mencatat, pada kuartal IV 2019, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional mampu tumbuh 18,57% atau melonjak drastis dibanding pertumbuhan kuartal III 2019 yang menyentuh angka 9,47%. Capaian tersebut juga melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 4,97% pada kuartal IV 2019.

Baca Juga: KTB Donasikan Dua Unit Mitsubishi Fuso kepada PMI dan SMK

Sementara itu, nilai PDB industri kimia, farmasi, dan obat tradisional pada kuartal IV 2019 mencapai Rp22,26 triliun melonjak dibanding kuartal III 2019 sebesar Rp20,46 triliun.

Berikutnya, sepanjang 2019, nilai ekspor produk industri farmasi dan obat tradisional menembus hingga US$597,7 juta, naik dibanding perolehan di tahun sebelumnya sekitar US$580,1 juta.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: