Duh, Indonesia Masih Rendah Perlindungan Diri, Begini Jawaban Prudential
Bahkan lanjutnya, data dari OJK, mayoritas masyarakat Indonesia yang memiliki tujuan keuangan fokus semata-mata untuk memenuhi kebutuhan harian mereka, hanya 1,5% yang mempersiapkan dana darurat . Tentunya hal ini sangat berisiko untuk keberlangsungan keluarga karena jika terjadi sesuatu yang mendesak, seperti musibah kehilangan sumber pendapatan utama, maka jangka waktu ketahanan keuangan mereka relatif lemah. Hampir tiga dari empat orang (72,1%) mengakui hanya mampu bertahan kurang dari tiga bulan, bahkan sebagian di antaranya tidak lebih dari satu bulan.
“Di berbagai belahan dunia, penyebab utama kematian masih didominasi oleh Penyakit Tidak Menular (PTM), yaitu sebesar 60,26%, disusul oleh Penyakit Menular sebesar 29,02%. Namun di balik itu, risiko kematian akibat kecelakaan – baik itu kecelakaan lalu lintas, bencana alam, kebakaran dan lainnya juga masih mengintai, yaitu sebesar 10,19%. Artinya, risiko kematian dapat terjadi pada siapa pun, dan kapan pun,” ulas Ari.
Sementara itu, Head of Product Development Prudential Indonesia, Himawan Purnama mengungkapkan, pihaknya terus mewujudkan janji kepada nasabah untuk memberi layanan terbaik akan kebutuhan asuransi jiwa.
Bahkan Himawan telah mengklaim, pihaknya telah pembayaran klaim sebesar Rp 15,6 triliun hingga akhir periode kuartal empat 2019 ini.
“Kami juga masih terus mempertahankan momentum pertumbuhan bisnis Syariah yang kokoh. Berdasarkan tren yang ada, kami tetap optimis akan pertumbuhan kebutuhan perlindungan asuransi jiwa jangka panjang, mengingat penetrasi yang masih rendah dan meningkatnya pemahaman masyarakat,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil