Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Duh, Indonesia Masih Rendah Perlindungan Diri, Begini Jawaban Prudential

Duh, Indonesia Masih Rendah Perlindungan Diri, Begini Jawaban Prudential Menurut Head of Sharia Business Prudential Indonesia, Ari Purnomo, | Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) terus mengembangkan bisnis pasar asuransi jiwa berbasis syariah yang kini mulai dianggap sebagai kebutuhan perlindungan jiwa bagi masyarakat Indonesia termasuk wilayah Jatim.

Menurut Head of Sharia Business Prudential Indonesia, Ari Purnomo, sejak diluncurkan produk asuransi jiwa syariah PRUCinta (PRUCinta) kebutuhan untuk perlindungan jiwa terus tumbuh secar pesat. Hal ini kata Ari, untuk memenuhi kebutuhan keluarga Indonesia dalam mengelola kesejahteraannya.

”Kami terus meningkatkan kinarja dan terus menjadi pemimpin pasar asuransi jiwa syariah sejak diluncurkan pertama kali pada 2007. Kehadiran PRUCinta ini akan menjadi  solusi terbaru dalam bentuk warisan cinta nasabah terhadap orang-orang terkasih karena hanya cinta yang dapat hidup selamanya,” jelas Ari disela peluncuran asuransi jiwa Syariah PRUCinta di Surabaya, Rabu (11/3/2020).

Baca Juga: Kembangkan Asuransi Syariah, Prudential Rilis PRUCinta

Baca Juga: Didesak Pisahkan Bisnis di Asia, Ini Masa Depan Prudential Indonesia

Dikatakan Ari, hingga saat ini, masyarakat Indonesia masih tergolong rendah terhadap pentingnya perlindungan jiwa. Dari catatan  Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan bahwa pada 2019, tingkat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia baru mencapai 1,2% dibandingkan total Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini masih tertinggal dari negara-negara Asia lainnya seperti Korea Selatan (8,4%), Jepang (6,2%), dan Tiongkok (2,8%).

Untuk itu lanjut Ari, pihaknya terus mengembangkan asuransi berbasis syariah dimana saat ini masyarakat masih minimnya pemahaman pengelolaan keuangan khususnya pada produk-produk asuransi syariah. Faktanya, indeks literasi asuransi syariah hanya 2,51% dan inklusi asuransi syariah hanya 1,92% . Selain itu, berdasarkan data AAJI kuartal tiga, tercatat ada 17,8 juta peserta asuransi jiwa individu, namun hanya 1,3 juta orang yang memiliki polis syariah. Padahal, asuransi jiwa merupakan instrumen investasi penting untuk mengantisipasi risiko meninggalnya sumber pendapatan utama keluarga yang dapat terjadi kapan saja serta dapat memengaruhi kesejahteraan keluarga. 

“Di tengah berbagai ketidak pastian ini dan masih rendahnya indeks literasi dan inklusi asuransi syariah. Kami terus mengembangkan salah satunya yakni, PRUCinta sebagai solusi yang simpel, mudah dipahami, terjangkau, dan sangat relevan untuk melengkapi kebutuhan keluarga dalam perlindungan jiwa,” ungkapnya.

Bahkan lanjutnya, data dari OJK, mayoritas masyarakat Indonesia yang memiliki tujuan keuangan fokus semata-mata untuk memenuhi kebutuhan harian mereka, hanya 1,5% yang mempersiapkan dana darurat . Tentunya hal ini sangat berisiko untuk keberlangsungan keluarga karena jika terjadi sesuatu yang mendesak, seperti musibah kehilangan sumber pendapatan utama, maka jangka waktu ketahanan keuangan mereka relatif lemah. Hampir tiga dari empat orang (72,1%) mengakui hanya mampu bertahan kurang dari tiga bulan, bahkan sebagian di antaranya tidak lebih dari satu bulan.

“Di berbagai belahan dunia, penyebab utama kematian masih didominasi oleh Penyakit Tidak Menular (PTM), yaitu sebesar 60,26%, disusul oleh Penyakit Menular sebesar 29,02%. Namun di balik itu, risiko kematian akibat kecelakaan – baik itu kecelakaan lalu lintas, bencana alam, kebakaran dan lainnya juga masih mengintai, yaitu sebesar 10,19%. Artinya, risiko kematian dapat terjadi pada siapa pun, dan kapan pun,” ulas Ari.

Sementara itu, Head of Product Development Prudential Indonesia, Himawan Purnama mengungkapkan, pihaknya  terus mewujudkan janji kepada nasabah untuk memberi layanan terbaik akan kebutuhan asuransi jiwa.

Bahkan  Himawan telah mengklaim, pihaknya telah pembayaran klaim sebesar Rp 15,6 triliun hingga akhir periode kuartal empat 2019 ini. 

“Kami juga masih terus mempertahankan momentum pertumbuhan bisnis Syariah yang kokoh. Berdasarkan tren yang ada, kami tetap optimis akan pertumbuhan kebutuhan perlindungan asuransi jiwa jangka panjang, mengingat penetrasi yang masih rendah dan meningkatnya pemahaman masyarakat,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: