"Hampir semua kabupaten/kota di Jawa Barat penduduknya banyak. Jabar inikan penduduknya padat. Kalau secara kasus NTT paling tinggi," ungkapnya.
Oleh karena itu, Dinkes Jabar melakukan berbagai cara agar tidak semakin banyak warga yang menjadi korban gigitan nyamuk aedes aegypti. Salah satunya dengan mengklasifikasikan daerah berdasarkan kasus yang terjadi.
Bagi daerah yang terdapat kematian dan jumlah kasusnya naik dua kali lipat dari tahun kemarin, pihaknya menetapkannya sebagai zona merah. "Yang merah itu Kota Bogor, Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kota Bandung, Kabupaten Cirebon, Kota Tasik," katanya.
Adapun yang kuning adalah yang tidak ada kematian serta jumlah kasusnya tak naik dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. "Yang kuning Kota dan Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, KBB, Cimahi, Garus, Kabupaten Tasik, Sumedang, Majalengka, Indramayu, Banjar," tambahnya.
Berly menambahkan, pihaknya terus menyosialisasikan gerakan hidup bersih melalui gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik). Cara ini diyakini ampuh karena terdapat satu kader yang fokus terhadap persoalan ini.
Melalui kader inipun, akan mengampanyekan pola hidup bersih melalui gerakan 3M (mengubur, menguras, melipat, dan membuang) tempat-tempat yang akan menjadi sarang nyamuk. Tak hanya itu, pihaknya pun menggalakkan gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk melalui kegiatan jumat bersih di masyarakat.
"Ada juga penyu genit (penyuluhan genep/enam menit) kepada masyarakat. Kita menyadarkan masyarakat, bahwa dengan pola hidup bersih, bisa mencegah DBD dan Covid-19," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: