Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aduh! 46.000 Warga Jabar Terjangkit Demam Berdarah, 16 Meninggal

Aduh! 46.000 Warga Jabar Terjangkit Demam Berdarah, 16 Meninggal Peta DBD di Jabar | Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Barat terus bertambah hingga hari ini terdapat 4.600 korban. Bahkan, 16 di antaranya meninggal dunia karena terlambat mendapatkan fasilitas pengobatan yang memadai. 

"Kemarin malam yang meninggal nambah satu lagi, di Kabupaten Bogor,"Menurut Kepala Dinkes Jabar Berli Hamdani kepada wartawan usai acara Jabar Punya Informasi (JAPRI) di gedung Sate Bandung, Jumat (13/3/2020)

Berli mengatakan, dari jumlah itu hampir semua kematian DBd diakibatkan penanganan yang kurang optimal. "Umumnya kematiannya karena terlambat dibawa ke fasilitas nasional," ujarnya

Baca Juga: 2 Bulan: Ribuan Warga Jatim Terserang DBD, 15 Nyawa Melayang

Kabupaten Ciamis menjadi yang paling banyak angkat kematian akibat DBD, yakni tiga orang. Adapun daerah lainnya seperti Kabupaten Bogor (dua orang), Kota Bandung (dua orang), Kabupaten Sukabumi (dua orang), dan Kabupaten Cirebon (dua orang).

"Depok,  Kota Bogor,  Kota Sukabumi, semuanya satu korban meninggal," katanya. 

Meski begitu, Dinkes Jabar memastikan belum menetapkan kejadian luar biasa (KLB) karena belum terjadi di semua daerah.

"Kalau di kabupaten/kota, ada yang meninggal satu pun sudah bisa menetapkan KLB,"tambahnya.

Secara statistik, Berli mengakui Jawa Barat menjadi provinsi yang paling tinggi angka kematian akibat DBD pada tahun 2020. Dia menilai hal ini terjadi karena Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak penduduknya.

"Hampir semua kabupaten/kota di Jawa Barat penduduknya banyak. Jabar inikan penduduknya padat. Kalau secara kasus NTT paling tinggi," ungkapnya.

Oleh karena itu, Dinkes Jabar melakukan berbagai cara agar tidak semakin banyak warga yang menjadi korban gigitan nyamuk aedes aegypti. Salah satunya dengan mengklasifikasikan daerah berdasarkan kasus yang terjadi.

Bagi daerah yang terdapat kematian dan jumlah kasusnya naik dua kali lipat dari tahun kemarin, pihaknya menetapkannya sebagai zona merah. "Yang merah itu Kota Bogor, Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kota Bandung, Kabupaten Cirebon, Kota Tasik," katanya.

Adapun yang kuning adalah yang tidak ada kematian serta jumlah kasusnya tak naik dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. "Yang kuning Kota dan Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, KBB, Cimahi, Garus, Kabupaten Tasik, Sumedang, Majalengka, Indramayu, Banjar," tambahnya.

Berly menambahkan, pihaknya terus menyosialisasikan gerakan hidup bersih melalui gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik). Cara ini diyakini ampuh karena terdapat satu kader yang fokus terhadap persoalan ini. 

Melalui kader inipun, akan mengampanyekan pola hidup bersih melalui gerakan 3M (mengubur, menguras, melipat, dan membuang) tempat-tempat yang akan menjadi sarang nyamuk. Tak hanya itu, pihaknya pun menggalakkan gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk melalui kegiatan jumat bersih di masyarakat.

"Ada juga penyu genit (penyuluhan genep/enam menit) kepada masyarakat. Kita menyadarkan masyarakat, bahwa dengan pola hidup bersih, bisa mencegah DBD dan Covid-19," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: