Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terpukul, Lima Hal Ini Juga Ikut Terpukul Gara-Gara Rupiah Keok

Terpukul, Lima Hal Ini Juga Ikut Terpukul Gara-Gara Rupiah Keok Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah berlanjut hingga awal pekan ini, Senin (23/03/2020). Kala pembukaan pasar spot, rupiah terkoreksi mendalam hingga -0,31% ke level Rp15.950 per dolar AS. Tak berapa lama kemudian, rupiah makin jatuh hingga lebih dari -4%.

Dilansir dari RTI, hingga pukul 09.47 WIB, rupiah tak berdaya menghadapi keperkasaan dolar AS karena merosot -4,08% ke level Rp16.575 per dolar AS. Asal tahu saja, level teresebut merupakan level terendah rupiah sejak Juni 1998 silam. 

Baca Juga: Rupiah Oh Rupiah! Di Kawasan Asia-Pasifik, Rupiah Dapat Rapor Merah: Ranking 4 Paling Bawah!

Pergerakan rupiah yang makin merosot ini terjadi di tengah peningkatan kasus virus corona di Indonesia yang makin hari jumlahnya makin bertambah, baik korban terinfeksi maupun korban meninggal dunia.

Menurut Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, menguatnya Dolar AS dan jatuhnya nilai tukar rupiah bakal berdampak ke sejumlah aspek dan sektor, tidak hanya di sektor keuangan saja. Setidaknya ada lima aspek atau sektor yang terdampak kondisi tersebut, berikut ulasannya.

1. Industri berbahan baku impor

Pelemahan rupiah akan memukul sektor industri yang bahan bakunya dominan impor seperti industri tekstil, farmasi, elektronik, sampai otomotif. Perusahaan yang terjepit situasi ini punya dua pilihan sulit: naikkan harga jual di tengah turunnya permintaan atau terpaksa lakukan PHK massal di berbagai lini produksi. Kalau ambil pilihan kedua, angka pengangguran bisa melompat drastis.

2. Harga pangan melonjak

Dampak kedua ada di sisi harga pangan. Sebentar lagi Ramadhan, di mana harga pangan biasanya naik. Di sisi lain, rupiah melemah dan impor pangan terganggu. Inflasi yang naik tanpa diimbangi kenaikan rata-rata pendapatan masyarakat bisa berisiko pada menurunnya daya beli secara signifikan. Masyarakat menengah ke bawah yang paling terpukul.

3. Startup e-commerce

Startup e-commerce dalam bahaya karena pelemahan rupiah membuat harga-harga produk impor naik tajam. Masyarakat yang terbiasa promo tentu tidak ready kalau harga produk naik signifikan. Era bakar uang harus disetop kalau tidak mau banyak startup e-commerce yang tutup.

4. Likuiditas perbankan

Kepanikan pelemahan nilai tukar rupiah bisa membuat masyarakat melakukan langkah antisipasi dengan menarik dana dari perbankan. Akhirnya, likuiditas bank mengetat dan bank bisa kesulitan mendapat dana murah.

5. Utang luar negeri

Korporasi yang mengandalkan utang luar negeri bersiaplah menanggung beban biaya bunga dan cicilan dalam bentuk valas. Setiap pelemahan rupiah maka risiko gagal bayar utang juga meningkat. Ini berisiko sistemik ke sektor keuangan lainnya.

"Semuanya akan rata terpukul. Tapi yang paling cepat ke harga pangan itu yang masyarakat rasakan langsung," kata Bhima kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Senin (23/3/2020).

Selain kelima hal tersebut, tentunya sektor jasa keuangan sudah terdampak lebih dahulu. "Aliran dana asing yang keluar dari bursa saham sudah menembus Rp9,1 triliun dalam sebulan ini. IHSG anjlok 30.8% di periode yang sama," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: