Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar Kritik Keras Penggunaan Rapid Test, Bongkar Bahayanya

Pakar Kritik Keras Penggunaan Rapid Test, Bongkar Bahayanya Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya

Apakah rapid test efektif?

Sementara itu, Ahmad Utomo, pakar biologi molekuler dari Stem Cell and Cancer Institute, mengkritik pengandalan metode tes cepat itu yang ia nilai kurang efektif dalam membatasi penyebaran Covid-19.

Utomo menjelaskan bahwa tes itu merupakan metode yang sangat sederhana sehingga dapat menghasilkan 'negatif palsu'. Ia menjelaskan bahwa kelemahan terletak pada masalah waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi antibodi.

Utomo mengatakan bahwa rapid test kalah cepat dalam mencegah penularan virus.

"Rapid test ini sebetulnya hanya bisa mendeteksi antibodi. Cuma, antibodi ini munculnya kan terlambat, sementara virusnya sudah masuk duluan. Jadi, kita kalau misalnya mau screening, menggunakan rapid test yang murah ini, itu ya sudah terlambat sebetulnya," kata Utomo.

"Karena apa? Dia kan terdeteksinya kan mungkin bisa seminggu, 10 hari, bisa dua minggu setelah terpapar virus kan. Sementara orang ini dalam seminggu pertama udah kemana-mana sambil bawa virus. Bahayanya sih di situ sih sebetulnya," tambahnya.

Menurut data penelusuran kontak pasien oleh pemerintah, antara 600.000 sampai 700.000 orang diperkirakan memiliki risiko tinggi terpapar virus corona. Mereka, beserta tenaga medis yang berada di garda depan penanganan Covid-19 adalah kelompok prioritas yang dapat melaksanakan tes cepat.

Pemerintah menyatakan telah menyiapkan satu juta kit untuk tes massal. Alat tes cepat telah disebar ke sejumlah provinsi dan pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah setempat. Jakarta, pusat penyebaran kasus, tengah menjalani tes sejak Jumat.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: