Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat 206.67 poin ke level 4545.57 dengan indeks sektor Aneka Industri 10.04% dan Property 7.85% memimpin penguatan.
Head of Research Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi mengutarakan bahwa rupiah yang kembali menguat sebesar 0.83% kelevel Rp16.170 per USD menjadi pendorong aksi beli investor yang membuat IHSG mampu kuat tutup dilevel optimis.
“Meskipun demikian investor asing melakukan aksi beli bersih hanya sebesar 221.32 miliar rupiah melihat kasus pandemic yang terus bertumbuh dan meluas masih menjadi pusat kekhawatiran investor,” ucapnya, Jakarta, Jumat (27/3/2020).
Baca Juga: IHSG Terapresiasi 10,72%, Investor Bisa Berakhir Pekan dengan Bahagia!
Sehingga, Ia memperkirakan IHSG bergerak akan cenderung tertahan pada area resistance dan berpotensi terkoreksi mengalami aksi profit taking jangka pendek dengan support resistance 4500-4700.
“Secara teknikal pergerakan IHSG berhasil menyentuh target FR38.2% dilevel 4590 dengan indikator RSI dan Stochastic yang bergerak positif. Konfirmasi pergerakan IHSG selanjutnya berada di resistance 4600. Dengan adanya signal false break di level resistance tersebut peluang pergerakan IHSG cenderung terkoreksi jangka pendek terlebih dahulu dengan level stop-loss dibawah 4500,” jelasnya.
Terlihat, ekuitas Asia ditutup mayoritas menguat dengan indeks Nikkei (+3.88%), TOPIX (+4.30%), Hangseng (+0.56%) dan CSI300 (+0.32%) tutup pada zona positif meskipun indeks saham berjangka di AS dan Eropa bergerak terkoreksi. Penurunan jumlah kasus di Jepang menjadi faktor utama.
Sementara, Bursa eropa membuka perdagangan dengan terkoreksi setelah mengalami rentetan penguatan. Indeks Eurostoxx (-2.48%), FTSE (-3.81%) dan DAX (-1.84%) ditutup melemah cukup signifikan mengiringi indeks ekuitas berjangka di AS. Investor menarik nafasnya dan melakukan profit taking melihat pergerakan yang fluktuasi pada ekuitas global. Sektor pertambangan dan perbankan memimpin pelemahan setelah para pemimpin wilayah berjuang untuk menyepakati strategi konkret untuk mengatasi dampak dari pandemic. AS telah menyusul China untuk kasus virus terbanyak di seluruh dunia dipicu lonjakan besar infeksi di kota New York. Investor masih akan terfokus pada data terbaru pada kasus pandemic dan menanti data awal bulan pada pekan depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: