Sementara Amerikan Serikat sendiri telah mengeluarkan kebijakan extraordinary 2 triliun dolar AS atau 10,5% GDP-nya. Bahkan hari ini, Trump mengumumkan menambahkan lagi 2 triliun dolar AS untuk infrastuktur dalam rangka recovery.
"Singapura yang biasanya sangat prudent, dia mengeluarkan dua kali extraordinary budget dalam waktu kurang dari tiga bulan karena ekonominya sangat-sangat terdampak Covid-19. Paket ini mencapai hampir 11% dari GDP-nya," tambah Sri Mulyani.
Ini menggambarkan bahwa krisis ini menjadi global yang kemudian menyebabkan negara-negara emerging tidak hanya terpengaruh dari sisi export, tapi juga capital outflow dan guncangan di sektor keuangan.
Baca Juga: Imbas Corona Ekonomi Indonesia Jadi Kurang Darah, Bisa Minus 0,4 Persen
Oleh karena itu, Indonesia perlu memusatkan perhatiannya pada tiga hal, yaitu pertama kesehatan sebagai masalah kemanusiaan, kedua menjamin kondisi masyarakat terbawah dengan jaring pengaman sosial (JPS), dan ketiga melindungi sektor usaha agar mereka bisa bertahan dan membuat stabilitas sektor keuangan terjaga.
"Kita harus, di Indonesia memusatkan perhatian pada tiga hal, yaitu pertama kesehatannya dulu dan masalah kemanusiaan harus ditangani. Kedua, menjamin kondisi masyarakat terutama jaring pengaman sosial (Social Safety Net), terutama ke masyarakat terbawah dan bagaimana kita melindungi sedapat mungkin sektor usaha ekonomi supaya mereka tidak mengalami damage atau bisa bertahan dalam situasi sulit dan dalam hal ini kita juga melindungi stabilitas sektor keuangan bagaimana kondisi masyarakat, kondisi ekonomi tidak memukul, dan men-trigger krisis di bidang keuangan yang mengancam stabilitas sektor keuangan," jelas Sri Mulyani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti