Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Innalillah! Akibat Corona, Lebih dari 460.000 Perusahaan Terpaksa Gulung Tikar, Tutup Permanen!

Innalillah! Akibat Corona, Lebih dari 460.000 Perusahaan Terpaksa Gulung Tikar, Tutup Permanen! Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sepanjang kuartal pertama tahun 2020, hampir setengah juta perusahaan di China terpaksa tutup permanen akibat wabah virus corona. Dilansir dari South China Morning Post, lebih dari 460.000 perusahaan dinyatakan tutup secara permanen lantaran perekonomian negara terbesar kedua di dunia itu babak belur dihantam corona.

Baca Juga: Luhut Pandjaitan Tuai Kontroversi dan Jadi Buah Bibir, Nasib Saham Perusahaannya Astagfirullah!

Baca Juga: Trump Ngaku Dapat Secercah Cahaya, Orang Ini Tegas: Tidak Sesuai Fakta, Esok Akan Jadi Sangat Buruk!

Data pendaftaran perusahaan China menunjukkan bahwa lebih dari setengah perusahaan yang tutup itu terbilang masih seumur jagung, yakni dengan masa operasional kurang dari tiga tahun. Perlu diketahui, ratusan ribu perusahaan yang terpaksa tutup itu berasal dari berbagai sektor, termasuk 26.000 di antaranya berasal dari sektor ekspor.

Ekonom dari Bank Prancis Societe Generale, Yao Wei dan Michelle Lam, menilai bahwa penutupan bisnis China secara besar-besaran itu menggarisbawahi tantangan yang dihadapi China ketika mencoba untuk menghidupkan kembali ekonominya dengan ancaman yang sudah ada di depan mata, yakni kontraksi pada kuartal I menjadi yang pertama kalinya sejak tahun 1976 silam.

Baca Juga: Pemilik RS Hermina Gelontorkan Ratusan Miliar Rupiah Buat Belanja 30 Juta Saham Masyarakat!

"China telah berhasil mendapatkan wabah Covid-19 yang sebagian besar terkendali dan gangguan pasokan domestik kini sebagian besar menghilang. Namun, ada tanda-tanda kerusakan yang berkelanjutan pada permintaan domestik dan di atas itu, guncangan eksternal yang disebabkan oleh penutupan luas di negara-negara besar lain tiba dengan cepat," tegas keduanya, dikutip pada Senin (6/04/2020).

Sebagai tambahan informasi, banyak dari pemilik bisnis China tidak mampu lagi mempertahankan operasi menghadapi sejumlah rintangan yang timbul akibat pandemi global tersebut. Kemudian, jika ada satu perusahaan yang 'gulung tikar' ingin membatalkan pendaftaran perusahaannya, perusahaan tersebut harus melewati prosedur kebangkrutan yang menyatakan mereka tidak memiliki utang atau kewajiban yang belum terbayar.

"Saya mengharapkan lonjakan tidak lama setelah situasi tenang. Kami tahu banyak perusahaan sudah di ambang kebangkrutan. Hanya saja mereka tidak harus menyatakan atau mengajukan kebangkrutan segera," ujar seorang mitra di Baker McKenzie FenXun, Li Haifeng.

Bersamaan dengan kabar penutupan 460.000 perusahaan, China mencatatkan ada 3,2 juta bisnis baru yang didirikan pada kuartal pertama tahun 2020, Meskipun begitu, angka tersebut menurun 29% dari periode kuartal pertama tahun 2019.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: