China Kirim Alat Medisnya ke Italia, AS Tuding Ada Paksaan dari Rezim Xi Jinping
Amerika Serikat (AS) menuduh China memaksa Italia membeli peralatan medis untuk penanganan pandemi virus corona baru, COVID-19. Menurut seorang pejabat Gedung Putih peralatan itu justru bantuan dari Roma ke Beijing ketika awal-awal negara Tirai Bambu dilanda penyakit tersebut.
Negara Komunis yang dipimpin Xi Jinping pada bulan lalu mengirimkan sebuah pesawat yang penuh dengan pasokan medis, termasuk masker dan respirator, ke Italia saat Roma kewalahan menghadapi pandemi virus corona.
Baca Juga: Trump Nyatakan AS Siap Pasok Peralatan Militer ke India
Seorang pejabat senior administrasi Donald Trump mengatakan alih-alih menyumbangkan kembali peralatan medis itu, orang-orang China justru menjualnya kepada Italia.
"Sebelum virus itu menyerang Eropa, Italia mengirim berton-ton PPE (personal protective equipment/alat pelindung diri) ke China untuk membantu China melindungi populasinya sendiri," kata pejabat kantor Presiden Trump tersebut kepada The Spectator.
"China kemudian mengirim PPE Italia kembali ke Italia, sebagian, bahkan tidak semuanya...dan membebankan biaya untuk itu," lanjut pejabat yang berbicara dalam kondisi anonim tersebut.
Tudingan itu muncul setelah dua minggu lalu Spanyol mengirim kembali 50.000 alat tes yang salah dari China. Negara Eropa itu membeli peralatan untuk penanganan wabah corona senilai £382 juta, termasuk ventilator, masker dan sarung tangan, dari China.
Dan pekan lalu Beijing mengatakan kepada negara-negara Eropa untuk "memeriksa ulang" pasokan masker wajah, setelah pemerintah Belanda menarik 600.000 masker yang dibuat di China karena tidak memenuhi standar.
"Ini sangat tidak jujur ??bagi para pejabat China sekarang untuk mengatakan 'kita adalah orang yang membantu Italia atau kita adalah orang yang membantu negara berkembang' ketika, pada kenyataannya, mereka adalah orang-orang yang menginfeksi kami semua," kata pejabat pemerintah Trump tersebut, yang juga dilansir Fox News, Selasa (7/4/2020).
"Tentu saja mereka seharusnya membantu. Mereka memiliki tanggung jawab khusus untuk membantu karena merekalah yang memulai penyebaran virus corona dan tidak memberikan informasi yang diperlukan kepada seluruh dunia untuk membuat rencana yang memadai."
Pemerintah Xi Jinping belum berkomentar atas tudingan pejabat Gedung Putih tersebut. Namun, Beijing pada pekan lalu marah atas laporan intelijen Amerika yang menyimpulkan China berbohong soal jumlah kasus infeksi dan jumlah kematian akibat pandemi COVID-19 di negeri Tirai Bambu.
Sebelum muncul pandemi COVID-19, AS dan China sudah terlibat perdang dagang yang menggoyang ekonomi dunia. Perseteruan berlanjut ketika pandemi menyebar di seluruh dunia dan Amerika menjadi salah satu negara yang terparah setelah China berangsur normal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto