Rupanya Lonjakan Kasus Baru di Singapura Ada Kaitannya Pekerja Migran dari...
Singapura menghadapi lonjakan kasus infeksi virus corona dalam beberapa pekan terakhir. Gelombang kedua infeksi virus tersebut menjadikan Singapura sebagai negara dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara yakni 6.688 kasus.
Lonjakan kasus baru virus corona di Singapura berkaitan dengan 323.000 pekerja migran yang tinggal di 43 asrama. Masing-masing asrama dihuni lebih dari 1.000 orang dan ada juga yang dihuni oleh 1.200 orang.
Baca Juga: Singapura Jadi Negara dengan Kasus Tertinggi di Asia Tenggara, Jumlahnya Kini...
Menteri Tenaga Kerja Singapura, Josephine Teo mengaitkan penyebaran virus corona dengan pekerja yang bersosialisasi di asrama ketika hari libur. Kemudian mereka pergi ke asrama lain dan bertemu dengan teman-teman mereka.
"Mereka mungkin masak bersama, makan bersama, dan bersantai bersama," ujar Teo dilansir South China Morning Post, Selasa (21/4/2020).
Kasus infeksi virus corona tipe baru atau Covid-19 dari pekerja migran pertama kali dilaporkan pada 8 Februari. Virus tersebut menyerang seorang pria Bangladesh berusia 39 tahun yang bekerja di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights.
Dia telah mengunjungi Mustafa Centre sebelum dirawat di rumah sakit. Pria itu diketahui tinggal di asrama The Leo. Pihak berwenang telah mengidentifikasi Mustafa Centre sebagai titik awal penyebaran virus corona di kalangan pekerja migran.
Lima infeksi Covid-19 lainnya dikonfirmasi di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights. Klaster pertama diidentifikasi pada 30 Maret dengan empat kasus infeksi di asrama S11. Kasus infeksi di asrama pekerja migran melonjak dengan cepat.
Singapura melaporkan infeksi Covid-19 pertama pada 23 Januari dengan 102 kasus. Jumlah kasus yang dikonfirmasi kemudian meningkat cepat menjadi 1.000 pada 1 April. Singapura fokus pada peningkatan kasus impor dan melewatkan penyebaran infeksi di kalangan pekerja migran.
Menteri Pembangunan Nasional Singapura, Lawrence Wong mengatakan, sebagian besar pekerja migran tetap bekerja karena mereka memiliki gejala ringan.
Para pekerja migran tersebut rata-rata bekerja di perusahaan lepas pantai dan kelautan, Keppel serta perusahaan real estate, Cushman & Wakefield. Selain itu, diantara mereka juga ada yang bekerja di sejumlah perusahaan terdaftar seperti Centurion.
Asrama yang menjadi tempat tinggal para pekerja migran dapat menjadi potensi penyebaran virus corona, karena penuh dan sempit. Mereka tidur di ranjang susun yang diisi oleh 12 hingga 20 orang. Selain itu, ruangan mereka memiliki ventilasi yang tidak memadai dan hanya dilengkapi oleh kipas angin kecil yang menempel di dinding. Para pekerja migran menggunakan toilet dan kamar mandi umum.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: