Covid-19 memaksa sejumlah konsumen di Asia Tenggara untuk beradaptasi dengan gaya hidup baru. Gaya hidup yang dikenal dengan istilah The New Normal ini juga terjadi di Indonesia. Kebijakan social distancing dan karantina mandiri membuat masyarakat membiasakan diri dengan rutinitas yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Sebagai perusahaan data dan kecerdasan buatan (AI) yang beroperasi di sembilan negara, ADA menganalisis lebih dari 400.000 aplikasi di Asia dan satu juta lokasi yang biasa dikunjungi individu selama pandemi berlangsung. Temuan data scientists ADA ini menyebutkan bahwa perubahan drastis pada rutinitas harian masyarakat menghasilkan perilaku konsumen baru yang disebut sebagai Crisis Persona.
"Penerapan social distancing dan gerakan sosial tidak membuat hidup kita berhenti. Banyak konsumen telah beradaptasi dengan cepat dan terus melakukan apa yang telah mereka lakukan, tetapi dengan cara digital. Misalnya bekerja, belajar, olahraga dan latihan, dan sebagainya," ujar Kirill Mankovski, Managing Director ADA di Indonesia dalam video conference, Kamis (30/4/2020).
Baca Juga: 379.000 Mitra Pengemudi Grab Dapat Literasi Digital, Sekaligus Sertifikat dari Microsoft
Social distancing di Indonesia yang berlaku sejak pertengahan Maret lalu, secara otomatis berdampak pada banyak aspek kehidupan sehari-hari masyarakat. Berdasarkan data ADA, pada akhir Februari 2020 hingga minggu ketiga Maret, aktivitas di kawasan pusat bisnis Jakarta mengalami penurunan sebesar 53%.
Perubahan perilaku komuter ini juga berakibat pada jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji. ADA menemukan sejak 15 Maret, kunjungan ke sejumlah mal di Jakarta menurun hingga 50% dibandingkan awal 2020.
Hal ini juga memengaruhi jumlah kunjungan orang ke pusat kebugaran yang berada di dalam mal. Banyak individu yang memutuskan untuk melakukan aktivitas kebugaran di rumah, dengan mengandalkan aplikasi kesehatan dan kebugaran. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga fisik dan gaya hidup sehat.
Di sisi lain, ADA mencatat peningkatan penggunaan aplikasi produktivitas, yang naik lebih dari 150% pada pertengahan Maret dengan screen record dan aplikasi anti-virus sebagai yang paling banyak digunakan. Beberapa aplikasi produktivitas lain yang digemari pengguna adalah aplikasi yang dapat menggantikan pertemuan fisik dan mempertahankan interaksi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti