Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

OMG! Ahli Ramal Covid-19 Bakal Berlangsung Lama sampai Tahun...

OMG! Ahli Ramal Covid-19 Bakal Berlangsung Lama sampai Tahun... Kredit Foto: Reuters/Hannah A Bullock and Azaibi Tamin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menurut sekelompok ahli dalam sebuah laporan menyatakan, pandemi virus corona atau Covid-19, kemungkinan akan berlangsung selama dua tahun dan tidak dapat dikendalikan sampai sekitar dua per tiga populasi dunia kebal terhadap virus ini.

Menurut laporan dari Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota, karena kemampuannya yang dapat menyebar dari orang yang tidak terlihat sakit, virus ini akan lebih sulit dikendalikan dibanding virus influenza, penyebab pandemi paling banyak dalam sejarah baru-baru ini.

Setelah mengarantina miliaran orang di seluruh dunia untuk meminimalkan penyebarannya ke seluruh negara, kini pemerintah di beberapa negara mulai mengizinkan untuk membuka kembali bisnis dan tempat-tempat umum. Namun, pandemi virus corona kemungkinan akan berlanjut dalam gelombang dan bisa bertahan hingga 2022, kata para penulis.

Baca Juga: Bikin Haru, Pasien Covid-19 Berhasil Lahirkan Bayi Sehat di RS Siloam

"Pesan komunikasi risiko dari pejabat pemerintah harus memasukkan konsep bahwa pandemi ini tidak akan segera berakhir. Orang perlu mempersiapkan kemungkinan kebangkitan penyakit ini secara berkala dua tahun ke depan," kata mereka, dikutip Times of India, Senin (4/5/2020).

Para peneliti sedang bergegas membuat vaksin yang mungkin akan tersedia dalam jumlah kecil pada tahun ini. Sementara sejumlah besar vaksin melawan pandemi flu 2009-2010 tidak tersedia sampai setelah wabah ini memuncak di AS. Satu studi memperkirakan, satu suntikan vaksin dapat mencegah 1,5 juta kasus dan 500 kematian di negara itu saja.

Laporan tersebut ditulis oleh direktur CIDRAP Michael Osterholm dan direktur medis Kristen Moore, sejarawan kesehatan masyarakat Universitas Tulane John Barry, dan Marc Lipsitch, seorang ahli epidemiologi di Harvard School of Public Health.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: