Bagaimana Hong Kong Tekan Virus Corona? Ahli Bilang Bukan Lockdown tapi...
Kamp liburan dan perumahan yang baru dibangun diubah menjadi fasilitas karantina.
Pada awal Maret, pemerintah melakukan ratusan tes setiap hari.
Wilayah itu juga mulai menyesuaikan kebijakan imigrasi. Siapa pun yang melintasi perbatasan dari China daratan, serta para pelancong dari negara-negara yang terinfeksi, diharuskan menjalani wajib karantina 14 hari di rumah atau di fasilitas yang ditunjuk.
Untuk mendorong social distancing, kota ini juga menetapkan pengaturan kerja yang fleksibel dan penutupan sekolah. Pertemuan umum dibatasi untuk empat orang dan restoran diminta untuk memastikan jarak sekitar 5 kaki di antara meja.
Namun, meskipun 11 jenis tempat hiburan dan rekreasi, termasuk bar, ruang karaoke, bioskop dan pusat kebugaran disuruh tutup, kota ini tidak menggunakan perintah "tinggal di rumah", kebijakan umum di beberapa bagian Eropa dan AS.
Tetapi dengan populasi yang siap menghadapi ancaman itu dengan serius, para ahli mengatakan itu tidak perlu dilakukan.
Menurut sebuah penelitian baru-baru ini di jurnal medis Lancet, misalnya, 85% penduduk Hong Kong yang menanggapi survei pada bulan Maret melaporkan menghindari tempat-tempat ramai, dan 99% melaporkan mengenakan masker saat meninggalkan rumah.
"Hong Kong lebih siap untuk menghadapi wabah COVID-19 daripada banyak negara lain," kata Dr Peng Wu dari Hong Kong University's School of Public Health.
"Peningkatan tes dan kapasitas rumah sakit untuk menangani patogen pernapasan baru dan populasi yang benar-benar sadar akan kebutuhan untuk meningkatkan kebersihan pribadi dan menjaga jarak fisik membuat mereka lebih baik."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: