Ini Jawaban Trump Soal Keterlibatan AS dalam Usaha Pembunuhan Nicola Maduro
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan negaranya tidak ada hubungan dengan dugaan serangan ke Venezuela yang berujung pada penangkapan dua warga Amerika.
Trump mengatakan ia baru mengetahui penahanan dua orang yang dituduh sebagai tentara bayaran oleh Venezuela. Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan mereka adalah bagian dari operasi untuk membunuhnya yang didukung oleh negara tetangga Kolombia dan AS.
"Apa pun itu, kami akan memberi tahu Anda," kata Trump kepada wartawan di Washington sebelum berangkat dari Gedung Putih ke Arizona.
"Tapi itu tidak ada hubungannya dengan pemerintah kita," tegas Trump seperti dikutip dari AP, Rabu (6/5/2020).
Pihak berwenang di Venezuela mengidentifikasi kedua orang itu sebagai Luke Denman dan Airan Berry. Keduanya adalah mantan tentara pasukan khusus AS yang terkait dengan perusahaan keamanan swasta yang berbasis di Florida, Silvercorp USA.
Pendiri Silvercorp dan mantan baret hijau AS, Jordan Goudreau, mengaku bertanggung jawab untuk memimpin "Operasi Gideon," yang diluncurkan dengan upaya pendaratan pantai sebelum fajar pada hari Minggu yang menewaskan delapan tersangka pelaku penyerangan.
Dua mantan prajurit AS ditahan Senin, puluhan kilometer dari percobaan pendaratan pantai pertama di sebuah desa nelayan. Pihak berwenang mengatakan mereka telah menyita peralatan dan menahan puluhan lainnya.
Goudreau mengatakan operasi itu dirancang untuk menangkap - dan tidak membunuh Maduro. Ia mengatakan dia melaksanakannya dengan "anggaran ketat" setelah menandatangani perjanjian dengan pemimpin oposisi Venezuela yang didukung AS Juan Guaido. Namun Guaido membantah memiliki hubungan dengan Goudreau.
Venezuela dicengkeram oleh krisis sosial dan ekonomi yang semakin dalam di bawah pemerintahan Maduro yang telah menyebabkan hampir 5 juta penduduk mengungsi.
AS adalah di antara hampir 60 negara yang mendukung Guaido sebagai pemimpin sah Venezuela. Mereka menyebut Maduro berkuasa melalui pemilu yang curang pada 2018 dengan melarang kandidat oposisi paling populer untuk mencalonkan diri.
Venezuela dan AS memutuskan hubungan diplomatik setahun yang lalu, sehingga tidak ada kedutaan AS yang beroperasi di ibukota Venezuela, Caracas.
"Ini mengejutkan saya betapa gilanya mereka," kata Mike Vigil, mantan kepala operasi internasional untuk Drug Enforcement Administration.
“Mereka berjalan tepat ke ular berbelit-belit tanpa sedikit pun mempelajari kapasitas angkatan bersenjata Venezuela. Tidak mungkin pemerintah AS akan mendukung operasi seperti ini," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: