Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Media AS Soroti Pasar Tomohon, Bahayakah Pasar Hewan Liar?

Media AS Soroti Pasar Tomohon, Bahayakah Pasar Hewan Liar? Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Jakarta -

Media New York (NY) Times yang kerap mendapat penghargaan menyoroti Pasar Tomohon, yang tetap menjual daging hewan liar untuk dijadikan makanan meski pandemi virus corona.

Pasar Tomohon yang terletak di Sulawesi Utara, kerap menjual daging anjing, ular, tikus bahkan kelelawar, yang diyakini pakar menjadi sumber awal virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19.

Dalam laporan yang diterbitkan pada 13 Mei itu, NY Times menjabarkan masih banyak tukang daging yang menyembelih anjing sehingga menyebabkan kemarahan aktivis hak-hak hewan.

Selama bertahun-tahun, para pecinta binatang dan aktivis satwa liar mendesak para pejabat untuk menutup pasar, yang dikenal sebagai Pasar Ekstrim Tomohon. Sekarang, pandemi coronavirus memberi mereka alasan lain untuk menekan para pejabat agar akhirnya mengambil tindakan. 

“Pasar seperti kafetaria untuk patogen hewan,” kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengutip NY Times, Kamis 914/5/2020), yang mendesak pemerintah untuk menutup Pasar Tomohon. 

"Mengonsumsi hewan liar sama dengan bermain dengan api," katanya lagi. 

China melakukan penutupan semua pasar satwa liar wabah Virus Corona di Wuhan pada Desember 2019. Sekarang, pasar Tomohon di adalah salah satu yang terbesar di Indonesia yang menjual daging satwa liar untuk diolah menjadi makanan.

Pejabat di Tomohon menolak seruan untuk menutup pasar yang menjual satwa liar karena pasar menyediakan sumber makanan dan pemasukan.

Sebagian besar hewan liar di Tomohon disembelih sebelum dijual di pasar. Namun anjing tetap dibiarkan hidup di kandang dan dibunuh di tempat karea pelanggan banyak yang menyukai mengatakan mereka lebih suka daging segar. 

"Ini sama seperti bom waktu," kata Billy Gustafianto Lolowang, manajer Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki di kota Bitung. 

“Kita tinggal menunggu sampai menjadi pusat pandemi seperti Wuhan," ujar dia cemas. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: