Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Patut Ditiru! Kematian Covid-19 Tembus 100 Ribu, Warga AS Ramai-ramai Malah Berlibur di Pantai

Tak Patut Ditiru! Kematian Covid-19 Tembus 100 Ribu, Warga AS Ramai-ramai Malah Berlibur di Pantai Wisatawan berwisata di kawasan Pantai Kuta, Badung, Bali, Senin (14/5). Sejumlah negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Hongkong, Singapura dan Australia menerbitkan imbauan perjalanan (travel advice) bagi warganya yang berada atau akan pergi ke wilayah Indonesia pascateror bom di sejumlah titik di Surabaya. | Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Total kasus kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat (AS) hampir menembus angka 100 ribu per 24 Mei 2020. Ironisnya, cukup banyak warga AS yang tampak cuek dan memilih berlibur dan berjemur di pantai di saat pandemi Covid-19.

Pekan liburan Memorial Day di AS tahun ini ditandai dengan banyaknya orang-orang yang memadati Ocean City, Maryland. Hanya sedikit dari kerumunan warga tersebut yang terlihat menggunakan masker wajah.

Pemandangan yang sama juga terlihat di pantai-pantai AS. Di pantai, hanya sedikit orang yang terlihat berktivitas sambil mengenakan masker wajah.

Baca Juga: Uji Coba Vaksin Covid-19 Terancam Gagal!

Orang-orang yang datang ke pantai tampak berkumpul dalam kelompok kecil dan menjaga jarak dengan orang lain. Mereka juga tampak menghindari permainan seperti bola voli dan Frisbee.

Seorang warga bernama Bruce Clark mengaku pergi berlibur ke pantai karena merasa tidak terlalu khawatir dengan pandemi Covid-19. Selain itu Clark juga mengaku senang pergi keluar.

"Tapi buat mereka yang khawatir, saya menyarankan mereka tetap di rumah. Saya senang keluar," ujar Clark, seperti dilansir Reuters.

Ketidakpedulian sebagian warga AS ini tentu menjadi ironi tersendiri, mengingat kasus kematian yang terjadi bukan sekadar angka. Tiap korban memiliki kehidupan yang berarti.

Oleh karena itu, The New York Times berupaya untuk membuka mata warga AS dengan menampilkan sisi kemanusiaan dari 1.000 korban yang kehilangan nyawa akibat Covid-19 pada edisi terbarunya.

"Kami mencoba memanusikan angka-angka ini yang terus bertambah besar," ungkap editor nasional The New York Times Marc Lacey.

Di antara 1.000 korban tersebut, ada Lila Fenwick yang berusia 87 tahun. Fenwick merupakan perempuan berkulit hitam pertama yang lulus dari Harvard Law.

Saat ini seluruh negara bagian di AS telah melonggarkan aturan terkait pandemi Covid-19. Di beberapa negara bagian seperti Illinois dan New York, restoran-restoran masih menutup layanan makan di tempat. Akan tetapi, di banyak negara bagian daerah selatan, banyak usaha yang kembali buka dengan restriksi kapasitas pengunjung.

Tenaga kesehatan dan sebagian besar gubernur telah mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker setiap kali beraktivitas di luar rumah. Akan tetapi, imbauan ini justru diprotes dan ditolak oleh sebagian warga.

Beragam unggahan di sosial media menunjukkan beberapa tempat usaha menolak pengunjung yang tidak menggunakan masker untuk menutup hidung dan mulut mereka. Para pengunjung ini memberi respon yang sangat negatif dan penuh amarah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: