Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bangkitnya Sepak Bola Eropa Usai Diterjang Pandemi Corona, Seperti Apa?

Bangkitnya Sepak Bola Eropa Usai Diterjang Pandemi Corona, Seperti Apa? Kredit Foto: (Foto: Laman resmi UEFA)
Warta Ekonomi, London -

Sepak bola Eropa mgulai bangkit setelah dihentikan akibat virus corona. Namun, akan ada perbedaan dengan sebelumnya bagi pemain dan pendukung, dan juga ada perubahan di belakang layar, termasuk soal transfer pemain.

Sementara liga sepak bola Jerman kembali digelar di stadion tanpa penggemar, olahraga tersebut sedang mempersiapkan diri menghadapi krisis ekonomi yang akan berdampak pada semua tingkatan kompetisi.

Baca Juga: Tuan Rumah Piala Eropa 2020 Belum Dapat Ditentukan Selama Pandemi Corona

Perbedaan itu sangat terlihat di pasar transfer, di mana sudah menjadi hal biasa bagi klub-klub terkemuka mengeluarkan biaya sampai 100 juta euro.

Mantan pelatih Damien Comolli telah mengamati berbagai peristiwa setelah meninggalkan perannya di klub Turki Fenerbahce pada Januari lalu.

Mantan direktur olahraga Liverpool dan Tottenham Hotspur mengatakan itu mengatakan kepada AFP bahwa dia memperkirakan penurunan biaya antara 30 dan 50 persen dibandingkan dengan biasanya, dan pengurangan 70-75 persen dalam hal aktivitas.

Secara khusus, kehilangan pendapatan klub dari hasil pertandingan yang dimainkan tanpa penonton akan sangat berdampak pada anggaran.

Ketika klub harus merekrut pemain, mereka yang bertanggung jawab atas perekrutan pemain di klub, juga tidak bisa melakukan pekerjaan mereka.

"Bagian terbesar dari pekerjaan saya adalah menindaklanjuti target untuk jendela transfer berikutnya," kata Martyn Glover, kepala pencari bakat dan perekrutan di klub Liga Inggris, Southampton.

Para pencari bakat biasanya menghabiskan banyak waktu mereka di jalan dan melakukan perjalanan jauh untuk menonton permainan calon pemain yang akan direkrut.

"Saya biasanya berada di luar negeri setiap minggu di beberapa titik," kata Glover, yang sebelumnya bekerja di Everton.

"Saya mungkin terbang ke Paris untuk menonton PSG dan hari berikutnya ke Jerman untuk menonton pemain lain. Dalam seminggu saya mungkin akan menyaksikan tiga atau empat pertandingan secara langsung."

Robert McKenzie memiliki peran yang serupa di klub divisi kedua Belgia, Leuven, yang pada 2017 diambil alih oleh King Power, pemilik Leicester City asal Thailand.

Biasanya dia akan menonton hingga 20 pertandingan dalam sebulan, mengamati pemain yang menjadi target.

"Situasi saat ini jelas memiliki implikasi signifikan terhadap apa yang secara historis menjadi bagian terpenting dari proses: penilaian pemain dalam pertandingan langsung," katanya kepada AFP.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: