Pengamat pertanian yang juga Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat, Entang Sastraatmaja, mengapresiasi kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menyediakan kebutuhan bahan pokok selama bulam puasa hingga Hari Raya Lebaran kemarin. Menurut dia, kebutuhan sembako terus tersedia dengan posisi harga yang stabil.
"Saya mengapresiasi karena ketersediaan pangan yang ada mencukupi semua kebutuhan masyarakat. Terlebih tidak terjadi gejolak harga. Ini menjadi bukti bahwa Kementan serius dalam menerapkan strategi dan langkah-langkah menghadapi hari besar keagamaan," ujar Entang, Kamis (28/5/2020).
Baca Juga: Galakkan Diversifikasi Pangan, Kementan Gandeng Dosen Polbangtan Gelar Penelitian Strategis
Entang menilai, sejauh ini Kementan mampu membangun koordinasi dan komunikasi yang baik antara Kementerian dan Pemerintah Daerah dalam mengurusi harga pangan serta menjaga ketersediaan bahan pokok.
"Dalam hal ini ada Kemendag, Bulog, Satgas Pangan, dan lain-lainnya yang menopang kinerja Kementan sehingga tidak terjadi kendala yang begitu berarti," katanya.
Entang menambahkan, sektor pertanian sejauh ini mampu memberi jawaban dan solusi pasti atas keterpurukan ekonomi di tengah pandemi. Hal itu bisa dilihat dari nilai ekspor pertanian yang terus mengalami peningkatan.
"Bahkan terjadi surplus perdagangan produk pertanian seperti yang disampaikan Pusdatin Kementan," katanya.
Meski demikian, kata Entang, momentum ini wajib dijaga dan dikembangan lebih jauh lagi. Oleh karenanya, pemerintah harus memberikan perhatian lebih kepada para petani yang ada di garda depan dalam memacu produksi.
"Pemerintah harus memberikan jaminan atas kualitas hidup yang lebih baik lagi bagi para petani khsusnya di era New Normal nanti. Karena berkat petani, produksi kita kian meningkat," tutupnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Ketut Kariyasa, mengatakan bahwa meski di tengah wabah pandemi Covid-19, produk pertanian justru menunjukkan kinerja yang terus membaik dan tercatat mengalami surplus.
Menurutnya, di tahun 2019 saja, jumlah ekspor produk pertanian sekitar 43,26 juta ton dengan nilai Rp372,57 triliun. Sementara, jumlah impor produk pertanian pada tahun yang sama sebesar 30,10 juta ton dengan nilai Rp250,86 triliun sehingga ada surplus perdagangan sebesar Rp121,71 triliun dalam tahun itu.
"Bahkan, selama Januari-April 2020, ekspor produk pertanian menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," terang Ketut.
Tercatat selama Januari-April 2020, Ketut menambahkan, nilai ekspor pertanian meningkat 16,9% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2019, dari Rp115,18 triliun menjadi Rp134,63 triliun. Surplus perdagangan produk pertanian selama Januari-April 2020 juga meningkat signifikan, yaitu 32,96%, dari sebesar Rp33,62 triliun (Januari-April 2019) menjadi Rp44,70 triliun (Januari-April 2020).
"Tahun 2019, China adalah negara tujuan ekspor utama produk pertanian kita. Dari ekspor produk pertanian senilai US$26,31 miliar (Rp 372,57 triliun), sebanyak 15,93% diekspor ke China. Negara tujuan ekspor berikutnya adalah India dengan pangsa pasar 11,24%; disusul Amerika 9,03%, Malaysia 5,05%; dan Pakistan 4,73%," ujarnya.
Sebagai informasi, nilai ekspor produk pertanian Indonesia ke China selama tahun 2019 sekitar Rp55,07 triliun dan nilai impor Rp28,68 triliun sehingga ada surplus Rp26,39 Triliun. Pada tahun 2020 (selama Januari-Maret), Indonesia juga mengalami surplus perdagangan dengan China sekitar Rp2,41 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: