Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1.61% atau 74.63 poin kelevel 4.716,18 dengan saham-saham sektor Keuangan nanjak 3.92% dan Aneka Industri 3.14%.
Saham-saham perbankan kembali menguat dengan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 6.65%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melejit 4.38%, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) tumbuh 3.85% dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) meroket 3.80%.
Head of Research Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi mengatakan bahwa investor mencermati dampak dari kebijakan pelongaran lockdown pemerintah. "Dengan New Normal yang sangat diharapkan dapat kembali merangsang prekonomian Indonesia yang sempat turun signifikan pada kuartal pertama ditahun 2020," katanya, di Jakarta, Kamis (28/5/2020).
Baca Juga: Kamis Sore, IHSG Menguat 1,61%
Investor asing pun menyerbu pasar modal Indonesia dengan melakukan aksi beli bersih pertama kali dibulan Mei 2020 sebesar Rp534,52 miliar.
Ia menilai, IHSG akan bergerak cenderung berfluktuatif dengan support resistance 4640-4800. Saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal yakni; AKRA, ICBP, INDF, JPFA, KLBF, BBNI, BBTN.
Baca Juga: Awal Juni Pemegang Saham HM Sampoerna Bakal Ketiban Rezeki Nomplok Senilai Belasan Triliun
Dimana, mayoritas indeks saham Asia ditutup menguat kecuali Hangseng (-0.84%). Indeks Nikkei (+2.32%), TOPIX (+1.80%) dan CSI300 (+0.29%) naik cukup optimis meskipun indeks future bergerak mixed. Investor terus menimbang stimulus fiskal baru dari Eropa dan Meningkatnya perseteruan antara AS-China yang memanas. Para parlemen China menentang Presiden Donald Trump dan menyetujui proposal untuk undang-undang keamanan nasional baru di Hongkong.
Sementara, Bursa Eropa membuka perdagangan optimis diatas setengah persen. Indeks Eurostoxx (+0.71%), FTSE (+0.67%) dan DAX (+0.66%) naik lebih dari setengah persen diawal sesi perdagangan untuk keempat kalinya setelah uni Eropa meluncurkan 2,4 Triliun Euro atau senilai $2.6 Triliun total pengeluaran atau stimulus untuk melawan dampak coronavirus. Minyak Texas Barat turun di bawah $ 32 per barel setelah laporan industri AS membangkitkan kekhawatiran baru tentang kelebihan pasokan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: