Awas! Kalau Netanyahu Tetap Ngotot, Perang Besar Israel-Palestina Bakal Segera Pecah
Rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang tetap ngotot untuk menganeksasi atau mencaplok wilayah Tepi Barat Palestina pada bulan Juli mendatang, kembali mendapatkan penolakan keras dari pasukan militer Hamas Palestina.
Pasukan militer Hamas yang menjadi garda terdepan menjaga perbatasan sekitar jalur Gaza, pada hari Minggu (7/6/2020) kemarin, mengultimatum rencana Netanyahu dan negara pendukungnya (Amerika Serikat-AS) yang akan memperluas wilayah Israel hingga ke tepi barat Palestina dengan mencaplok lembah Jordan dan Ibu kota Palestina, Yarusalem bulan Juli nanti.
Baca Juga: Palestina Ajukan Resolusi Melawan Aneksasi ke PBB, Israel Siap Menggagalkan
Hamas akan tetap mempertahankan wilayah tepi barat Palestina itu hingga titik darah terakhir. Jika Israel dan AS tetap mencaplok wilayah Tepi Barat berdasarkan perjanjian koalisi negara yang baru saja dibuat secara sepihak oleh Israel itu, maka dapat dipastikan dalam waktu dekat ini perang besar antara Palestina dan Israel akan kembali terjadi.
"Yarusalem akan tetap menjadi kota Palestina, Arab, dan Islam dan ibukota abadi negara Palestina, dan semua kekuatan di planet ini tidak akan dapat mengubah identitas, alamat, dan sejarah itu," kata Kantor Urusan Yarusalem Hamas yang dikutip dari Sputnik, Selasa (9/6/2020).
"Pendudukan (Israel) dan komplotannya melawan Yarusalem dan Palestina akan menemui kegagalan, dan konspirasi tidak akan menjamin masa depan keberadaannya di tanah Palestina," tegasnya menambahkan.
Hamas juga mengecam pernyataan Netanyahu yang menyebutkan bahwa konflik perbatasan Palestina dan Israel sudah selesai dengan ditandai dibuatnya kesepakatan peta baru wilayah Israel hingga memasukan wilayah tepi barat Palestina ke dalam negara kedaulatan Israel di masa mendatang.
Hamas menyebut pembuatan peta baru yang dibuat Tel Aviv tersebut sangat bertentangan dengan martabat dan kehendak orang-orang Arab dan muslim yang telah lama mendukung rakyat Palestina dalam perjuangan panjang mereka melawan tentara zionis.
Tidak hanya itu, Hamas juga mendesak Otoritas Palestina untuk menarik diri dari Kesepakatan Oslo yang ditandatangani pada tahun 1990-an, dan bertujuan menyelesaikan konflik Israel-Palestina sesuai dengan Resolusi 242 dan 338 Dewan Keamanan PBB.
Penolakan aneksasi atau pencaplokan wilayah tepi barat Palestina itu juga sempat disampaikan oleh Raja Yordania Abdullah II. Pada pertengahan Mei lalu, pemimpin Kerajaan Hashemite itu juga telah memperingatkan Israel, jika negara Yahudi tetap melanjutkan dengan perpanjangan kedaulatan atas wilayah-wilayah Tepi Barat maka konflik besar-besaran akan terjadi di timur tengah.
"Para pemimpin yang mengadvokasi solusi satu negara tidak mengerti apa artinya itu. Apa yang akan terjadi jika Otoritas Nasional Palestina runtuh? Akan ada lebih banyak kekacauan dan ekstrimisme di wilayah itu," kata Raja Abullah II.
Untuk diketahui, sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menjadikan isu pencaplokan wilayah Tepi Barat Palestina sebagai janji politik Netanyahu ketika berhadapan dengan saingan politiknya Benny Gantz pada pemilihan Perdana Menteri Israel April lalu.
Netanyahu menyebutkan bahwa pada tanggal 1 Juli mendatang, mimpi rakyat Israel untuk memperluas kedaulatan wilayah hingga lembah Jordan dan Yarusalem akan dimulai. Sehingga, Netanyahu memastikan akan terus melakukan pembangunan pemukiman umat Yahudi di wilayah tepi barat Palestina sebagai babak baru sejarah zionisme.
Rencana Netanyahu itu mendapatkan legitimasi atau dukungan politik dari Amerika Serikat (AS). Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman mengatakan bahwa pemerintahan Trump siap untuk mengakui perpanjangan kedaulatan Israel lebih dari 30 persen dari Tepi Barat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: