Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Curhat Pengusaha Farmasi soal Rapid Test, Jadi Ladang Bisnis Baru Akibat. . .

Curhat Pengusaha Farmasi soal Rapid Test, Jadi Ladang Bisnis Baru Akibat. . . Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dana penanganan COVID-19 di Indonesia disebutkan mencapai Rp700 triliun. Namun,?Gabungan Perusahaan Farmasi mengungkapkan dana rapid test tidak semua tertanggung oleh anggaran pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan.

Hal ini lantaran, anggaran yang diberikan oleh pemerintah hanya kepada rumah sakit yang ditunjuk secara resmi untuk menangani dan menjalankan rapid test massal.

Baca Juga: Tak Terima Rapid Test Bayar, KH Cholil Nafis: Jika Semua Rakyat Dites Juga Gak Nyampe Rp40T

"Jadi, ini bisa menjadi bisnis baru untuk para pedagang rapid test karena akan meningkatkan permintaan alat rapid test," ujar Ketua Gabungan Perusahaan Farmasi Vincent Harjanto, dikutip dari Okezone di Jakarta, Selasa (23/6/2020).

Menurutnya, produsen rapid test dari luar negeri juga sudah banyak sehingga akan memudahkan dan memurahkan pembelian alat rapid test.

"Karena banyak jadi harga produk impornya sekitar USD3-4 (atau di bawah Rp60.000 dangan kurs Rp14.000)," katanya.

Alhasil, sejumlah DPR merespons komersialisasi rapid test. Seperti Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Irwan, beliau mendesak pemerintah mengatur pelaksanaan rapid test. Bahkan meminta pemerintah untuk menggratiskan rapid test dan swab test untuk masyarakat. Terlebih melihat anggaran penanganan corona sangat besar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: