Ngeri! Laporan Microsoft: Tingkat Kasus Malware di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik
Microsoft telah meluncurkan hasil riset Asia Pasifik di edisi terbaru Security Endpoint Threat Report 2019 yang mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki tingkat malware tertinggi di kawasan ini. Indonesia juga mengalami kasus penambangan cryptocurrency dan ransomware yang tinggi tahun lalu.
Temuan ini berasal dari analisis dari beragam sumber data Microsoft, termasuk 8 triliun sinyal ancaman yang diterima dan dianalisis oleh Microsoft setiap hari, mencakup periode 12 bulan dari Januari hingga Desember 2019.
Baca Juga: Microsoft & SAS Kolaborasi Perluas Teknologi Cloud
"Ketika pertahanan keamanan berkembang dan penyerang mengandalkan teknik-teknik baru, akses unik Microsoft ke miliaran sinyal ancaman setiap hari memungkinkan kami untuk mengumpulkan data dan insights untuk menginformasikan respons kami terhadap serangan siber," kata Mary Jo Schrade, Assistant General Counsel, Microsoft Digital Crimes Unit, Microsoft Asia dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/6/2020).
"Laporan Microsoft Security Endpoint Threat bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang gambaran ancaman yang berkembang dan membantu organisasi meningkatkan tingkat keamanan siber mereka dengan mengurangi dampak serangan yang makin canggih," lanjutnya.
Kasus malware dan ransomware tetap tinggi di Indonesia
Menurut laporan ini, Asia Pasifik terus mengalami tingkat kasus yang lebih tinggi dari rata-rata dunia untuk serangan malware (1,6 kali lebih tinggi) dan ransomware (1,7 kali lebih tinggi).
Indonesia tercatat memiliki tingkat kasus malware tertinggi, yaitu 10,68 persen pada 2019. Meskipun terjadi penurunan 39 persen tahun lalu, ini masih 2 kali lebih tinggi dari rata-rata regional.
Indonesia juga terdaftar memiliki tingkat kasus ransomware tertinggi ke-2 di seluruh wilayah Asia Pasifik, yaitu 0,14 persen, meskipun terjadi penurunan 46 persen tahun lalu. Ini 2,8 kali lebih tinggi dari rata-rata regional.
"Seringkali, kasus malware tinggi berkorelasi dengan tingkat pembajakan dan keamanan dunia maya secara keseluruhan yang mencakup patching dan pembaruan perangkat lunak secara berkala. Negara-negara yang memiliki tingkat pembajakan yang lebih tinggi dan pengetahuan keamanan dunia maya lebih rendah cenderung lebih banyak terkena dampak dari ancaman dunia siber. Patching perangkat lunak, menggunakan software yang sah, dan menjaganya agar tetap diperbarui dapat mengurangi kemungkinan infeksi malware dan ransomware," jelas Haris Izmee, President Director Microsoft Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum