Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harian DI's Way: Langkah Dahlan Iskan Selamatkan Industri Surat Kabar?

Harian DI's Way: Langkah Dahlan Iskan Selamatkan Industri Surat Kabar? Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri media cetak sudah sunset (meredup). Ini fakta. Namun, begawan media Dahlan Iskan membuat kejutan. Tanggal 4 Juli 2020, Sabtu nanti, akan menerbitkan Harian DIs Way. Surat kabar, kabarnya cetak, namun tidak mau disebut sebagai koran.

Dan jika benar cetak, maka Harian DI's Way adalah koran pertama di dunia yang terbit pada 2020 di tengah pandemi Covid-19, pun pada saat banyak penerbit koran di negara manapun mulai angkat tangan.

Saya sengaja tidak menanyakan dulu kepada Pak Dahlan tentang langkah mengejutkan ini. Namun, tulisan ini akan saya kirimkan dulu kepada beliau, untuk dibaca, dan saya berharap ada sedikit clue dari Menteri BUMN era 2011-2014 tersebut terkait Harian DI's Way.

Baca Juga: Google Bakal Bayar Konten Berita Grup Media, Dimulai dari Negara . . . .

Beberapa teman dalam WA Group Konco Lawas (teman lama) Jawa Pos Cowas Jepe sejak dua hari lalu sudah membahas hangat Harian DI's Way. Apa ya misi Pak Dahlan? Benarkah sekadar berbisnis? Rasanya kok tidak. Atau ini ikhtiar untuk mewujudkan mimpi beliau menyelamatkan industri surat kabar?

Jurnalisme, media, dan manajemen (bisnis) adalah jalan hidup Dahlan Iskan. Adalah urat nadi Dahlan Iskan. Seperti halnya bernafas, setiap saat Dahlan Iskan akan menghirup dan menghembuskan pikiran tentang manajemen, bisnis, dan pers, termasuk merenungi masa depan industri media di Indonesia. Termasuk nasib industri media cetak di tengah gempuran berbagai platform komunikasi digital (media sosial).

Jika kemudian Pak Dahlan yang sudah tidak lagi di Jawa Pos berencana menerbitkan surat kabar (media cetak), dan itu dirancang sebagai sebuah business vehicle di masa depan, tentu Pak Dahlan sedang tidak berpikir tentang dirinya sendiri. Ada hal-hal yang lebih besar. Mungkin Dahlan Iskan melihat tetap ada celah, meski sempit, terkait prospek industri media (surat kabar) di Indonesia. Mungkin juga Pak Dahlan prihatin dengan kualitas informasi yang tersebar melalui platform sosial media yang murahan, berkualitas rendah, dan jauh dari etika dan standar jurnalistik.

Di media sosial, ruh jurnalisme sudah mati. Bahkan banyak wartawan dan mantan wartawan yang gagal mempertahankan ruh jurnalistik ketika berkomunikasi melalui platform komunikasi digital. Padahal, media konvensional pun digital, memiliki audiens yang sama: publik. Saya yakin, mengembalikan ruh jurnalistik, juga adalah semangat Pak Dahlan dengan Harian DI's Way ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: