Tapi, kata dia, kenapa ada tanaman eucalyptus yang kini sedang diteliti dan diriset Litbang Kementan malah jadi cemoohan.
"Jangan-jangan itu memang temuan, lalu dicek suruh ke WHO, tapi WHO ini kan konspiratif. Suruh itu lembaga Eijkman kita, suruh itu Biofarma cek benar atau tidak. Rakyat tahu ada jamu ada empon empon, ada akar kayu, ada segala macam. Ini keajaiban obat-obatan lokal kita ini belum kita ungkap banyak. Itu yang saya kira jadi salah satu PR kita ke depan," katanya.
Mengenai hal ini, Peneliti Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB, Wisnu Ananta Kusuma mengatakan bahwa pro-kontra eucalyptus terjadi karena kemunculan produk ini datang secara tiba-tiba.
Padahal, kata dia, dalam kondisi seperti sekarang ini, peranan para peneliti sangat penting untuk mencari alternatif produk herbal berpotensial.
"Sementara orang yang tidak melihat proses panjang yang berliku dan telah ditempuh para peneliti itu hanya melihat tampilan luarnya saja, yang kadang-kadang dibahasakan berlebihan (overclaim)," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: