Melansir Aviation Safety Network, jumlah kecelakaan yang melibatkan MV-22 Osprey mencapai 30 kali sejak 1991. Sedangkan dalam lima tahun terakhir, insiden yang melibatkan MV-22 Osprey mencapai 16 kali.
Senada, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal memandang pembelian pesawat yang digunakan korps marinir AS itu, tak tepat dilakukan saat ini. Dia mengingatkan, negara saat ini sedang tongpes.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah dua kali merevisi APBN karena kebutuhan belanja negara terus membengkak akibat dampak pandemi virus corona.
Baca Juga: PDIP Tumbalkan Rieke, Pengamat Endus Riak-riak Perpecahan
Sekjen Kemenhan, Marsdya TNI Donny Ermawan mengatakan, Indonesia belum berencana mendatangkan pesawat angkut produk Amerika Serikat tersebut. "Belum, kita belum ada untuk merencanakan pesawat yang Osprey," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenhan Marsdya TNI Donny Ermawan Taufanto di Gesung DPR, kemarin.
Donny mengatakan, keterangan yang disampaikan Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat sebagai bentuk penawaran. Pemerintah belum menanggapi tawaran tersebut. "Intinya kita belum ada mengarah pembelian ke sana," ungkap dia.
Kepala Biro Humas Setjen Kemenhan, Brigjen Ignatius Eko Djoko Purwanto mengatakan, sampai saat ini kebutuhan alutsista masih dibahas. Belum ada yang terealisasi. "Jadi itu saja yang bisa saya kasih keterangan. Masih dibahas di angkatan mungkin," tuturnya saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti