Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hati-hati Opung Luhut, Prabowo Mau Nyalip

Hati-hati Opung Luhut, Prabowo Mau Nyalip Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra

Pengamat politik dari UIN Bandung Prof Nanat Fatah Natsir melihat, ada beberapa alasan kenapa Jokowi mulai melibatkan Prabowo dalam berbagai proyek strategis. Secara politik, kerja sama Jokowi dengan Prabowo untuk memperkuat soliditas.

Bagaimana pun, residu Pilpres 2019 masih terasa di akar rumput. Apalagi belakangan muncul kontroversi RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) dan putusan Mahkamah Agung (MA) terkait Pilpres 2019. Makanya, Jokowi menguatkan peran Prabowo, yang merupakan mantan lawannya di Pilpres, agar goncangan-goncangan di akar rumput, bisa diredam.

Alasan lain, lanjut Nanat, Jokowi ingin merangkul lebih dekat Prabowo. Sehingga tidak ada lagi menteri yang dominan dalam kabinet. Selama ini, banyak kebijakan strategis ditangani Luhut.

"Dengan hadirnya Prabowo, diharapkan dinamika dalam Kabinet Indonesia Maju lebih dinamis," ucap mantan Rektor UIN Bandung ini, tadi malam.

Selain itu, tambah Nanat, Jokowi mengetahui betul visi Prabowo soal swasembada pangan. Saat jadi capres dulu, Prabowo punya visi menjadikan RI sebagai lumbung pangan nasional dan punya visi tidak lagi melakukan impor pangan.

Menurut Nanat, pekerjaan seperti ini tidak bisa dieksekusi oleh sembarang orang. Pasalnya, beberapa kali program seperti ini gagal terlaksana. Di tengah pandemi sekarang, program seperti ini harus dikebut. Soalnya ada ancaman krisis pangan di depan mata. Negara-negara pengimpor pangan seperti Thailand mulai membatasi impor, lantaran lebih mengutamakan untuk kebutuhan dalam negeri.

"Kalau tidak cepat diselesaikan, persoalan pangan akan menjadi masalah besar," kata Nanat.

Menurut Nanat, untuk mengerjakan proyek ini, Prabowo punya latar belakang kuat, yaitu sebagai mantan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Jokowi tentu berharap Prabowo bisa mengerjakan tugas ini. Jokowi juga pasti sudah mengetahui pada 23 April, Prabowo menginstruksikan kader untuk menyiapkan lumbung pangan sendiri.

Alasan lain, kata Nanat, kalau dilihat, tugas ini juga sebenarnya beririsan dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Kemenhan tak hanya mengurus alutsista. Ketersediaan pangan juga demi menjamin tidak ada kelaparan.

"Kalau senjata ada tapi pangan tidak ada, ujungnya nanti kelaparan. Bagaimana bisa orang menembak kalau kelaparan," ujarnya.

Dengan peran ini, Nanat melihat pengaruh Prabowo bisa menyalip Luhut di kabinet. "Pengaruh Luhut bisa disalip Prabowo," tutupnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: