Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amin Soebandrio: Indonesia Jangan Mau Jadi Kelinci Percobaan

Amin Soebandrio: Indonesia Jangan Mau Jadi Kelinci Percobaan Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra

Meski demikian, menurutnya, warga Indonesia harus tetap mencegah supaya tidak ada lagi penularan. Beberapa bulan lalu Amin sempat mengatakan, rumus infeksi adalah dosis dikalikan virulensi (kemampuan menginfeksi) virus, lalu dibagi dengan kekebalan. Dia khawatir bila virus tiba-tiba berubah jadi lebih virulen (menyerang jaringan tubuh), walaupun sampai sekarang belum ada tanda-tanda tersebut. 

"Kalau kekebalan tinggi, otomatis risikonya kecil. Tapi, kalau kemudian terjadi (menjadi virulen), kita tidak tahu. Mudah-mudahan tidak terjadi. Ataupun tiba-tiba kita mendapatkan dosis yang sangat besar, kemudian menyebabkan infeksi menjadi meningkat," paparnya.

Dia menerangkan, pembuatan vaksin memerlukan waktu yang cukup lama. Meski Eijkmen pernah mengatakan, Februari-Maret, vaksin sudah ditemukan tapi belum bisa dipasarkan. "Di bulan itu Eijkman baru memberikan bibit vaksin ke Biofarma. Lalu, Biofarma yang akan memproses dan memformulasikan sehingga bisa dipergunakan di manusia," ujarnya.

Apa cukup sampai di situ? Menurut Amin, masih diperlukan uji klinik terbatas. Kalau hasilnya manjur, baru masuk ke tahap uji klinik lebih luas dan boleh dipasarkan.

"Makanya, setelah Maret mungkin kita masih akan membutuhkan waktu 6-9 bulan lagi untuk kita bisa memasarkan vaksin," ucapnya.

Dia mengaku sudah berkonsultasi dengan BPOM untuk memastikan efikasi dan juga keamanannya. Termasuk faktor halal untuk memproduksi vaksin yang tengah diupayakan Eijkman.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: