Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belanja Modal Sepi, Prospek Investasi Makin Suram

Belanja Modal Sepi, Prospek Investasi Makin Suram Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019). Nilai tukar (kurs) Dolar Amerika Serikat melemah terhadap Rupiah menjadi Rp13.920 per Dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp14.008 per Dolar Amerika Serikat. | Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Prospek investasi selama masa pandemi tahun ini mengalami tekanan cukup dalam, baik yang bersumber dari pemerintah maupun swasta. Pasalnya prospek ekonomi yang suram tahun ini mendorong pemerintah memangkas belanja besar-besaran, khususnya belanja modal.

Menurut Ekonom CORE Indonesia Akhmad Akbar, sektor swasta, termasuk BUMN, juga mengurangi target investasi mereka sejalan dengan proyeksi pelemahan permintaan domestik dan perlambatan ekspor.

"Dampaknya, kontrak proyek-proyek baru, khususnya di bidang konstruksi dan perumahan yang menjadi penyumbang utama investasi tetap, turun cukup tajam," ujarnya di Jakarta, Selasa (21/7/2020).

Baca Juga: Belanja Pemerintah Kok Lamban Padahal Bisa Selamatkan Ekonomi Lho

Dia menuturkan, beberapa proyek yang sebelumnya telah berjalan terpaksa dihentikan akibat aliran likuiditas untuk membiayai proyek-proyek tersebut semakin seret.

"Investasi barang modal non-konstruksi juga turun akibat respons pelaku bisnis, terutama pada sektor manufaktur, terhadap kontraksi permintaan domestik dan global," tukasnya.

Menurut Akhmad, ada beberapa indikator yang menunjukkan kontraksi investasi tersebut. Di antaranya adalah turunnya beberapa leading indicator investasi tetap, seperti realisasi modal pemerintah, impor barang modal, dan investasi langsung, baik PMA ataupun PMDN.

"Belanja modal pemerintah hingga Juni mengalami kontraksi sebesar 7,3% (yoy). Kemudian, impor barang modal mengalami kontraksi sebesar 19% (yoy) periode Januari-Mei 2020. Investasi langsung tahun ini juga akan tertahan," ungkapnya.

Oleh karena itu, dia menilai para investor diperkirakan masih pesimis untuk berekspansi akibat kebijakan pembatasan sosial yang terjadi di berbagai tempat sehingga menyebabkan lesunya permintaan dan tersendatnya global supply chain.

"Menurut UNCTAD dan OECD, PMA global tahun ini diproyeksikan terkontraksi masing-masing 40% dan 30%," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: