Orang terkaya ke-18 dunia tahun 2020 ialah Charles Koch. Charles merupakan seorang pebisnis dan filantropis asal Amerika yang merupakan co-owner dan Chief Executive Officer (CEO) Koch Industries. Berkat itu, ia pun menjadi miliarder dunia.
Charles dan adik laki-lakinya David mewarisi bisnis dari ayah mereka, Fred Koch, yang telah mendirikan perusahaan pada tahun 1940. Charles dan suadara-saudaranya memainkan peran utama dalam memperluas bisnis dan menumbuhkannya menjadi salah satu perusahaan swasta terbesar di Amerika Serikat.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Jack Ma, Pendiri Alibaba Berharta Rp700 T
Sebagaimana dikutip dari The Famous People di Jakarta, Kamis (30/7/2020) Charles Koch lahir pada 1 November 1935, di Wichita, Kansas, dari pasangan Mary dan Fred Chase Koch. Ia terlahir sebagai salah satu dari empat putra dalam keluarga industrialis, Charles cerdas dan pekerja keras sejak usia dini.
Dia juga memiliki minat dalam politik dan bersama dengan saudaranya David telah memberikan kontribusi keuangan yang signifikan bagi lembaga think tank libertarian dan konservatif. Ia telah menyumbangkan jutaan dolar untuk mendanai penelitian, kebijakan, dan proyek-proyek pendidikan.
Ayahnya adalah seorang insinyur yang berubah menjadi industrialis yang kemudian mendirikan apa yang kemudian menjadi Koch Industries. Charles memiliki tiga saudara lelaki yaitu Frederick, David, dan William.
Charles menempuh pendidikan Massachusetts Institute of Technology (MIT) jurusan teknik. Ia memperoleh gelar Sarjana Sains di bidang teknik umum pada tahun 1957, dan gelar Master of Science (M.S.) di bidang teknik mesin pada tahun 1958. Ia kemudian menyelesaikan gelar Master lainnya dan menerima gelar M.S. dalam teknik kimia pada tahun 1960.
Setelah lulus, ia bergabung dengan Arthur D. Little, Inc. Namun, pekerjaan ini berlangsung sangat singkat hingga ia pindah kembali ke Wichita pada 1961 untuk bergabung dengan bisnis ayahnya, Rock Island Oil & Refining Company.
Charles adalah seorang pekerja keras, bertekad untuk memperluas bisnis keluarga yang telah menjadi perusahaan minyak menengah pada akhir 1960-an. Dia menjadi presiden bisnis pada tahun 1967 dan menamainya Koch Industries untuk menghormati ayahnya. Dia juga telah menjabat sebagai Ketua Dewan dan CEO sejak saat itu.
Seorang pebisnis yang sangat kompetitif, ia bekerja tanpa lelah untuk menumbuhkan bisnis yang saat ini bisnisnya terlibat dalam berbagai bidang seperti manufaktur, pemurnian, dan distribusi minyak bumi, bahan kimia, energi, serat, zat antara dan polimer, mineral, pupuk, bubur kertas dan kertas.
Charles menjadi Direktur Koch Industries pada tahun 1982 dan juga menjadi Direktur perusahaan lain termasuk Entrust Financial Corp dan Georgia-Pacific LLC, produk kertas dan bubur kertas.
Di bawah kepemimpinan Charles, Koch Industri melihat tingkat ekspansi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan saat ini hadir di sekitar 60 negara di seluruh dunia dan mempekerjakan lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia.
Selama beberapa tahun terakhir, Koch Industries telah menginvestasikan lebih dari USD70 miliar (Rp1.027 triliun) dalam akuisisi dan pengeluaran modal lainnya dan memiliki Invista, Georgia-Pasifik, Molex, Sumber Daya Flint Hills, Pipeline Koch, Pupuk Koch, Pupuk Mineral, dan Perusahaan Sapi Matador.
Sebagai pemilik bersama, ketua dewan, dan Kepala Eksekutif (CEO) Koch Industries, Charles Koch, telah memainkan peran penting dalam mengubah perusahaan dari perusahaan menengah menjadi salah satu perusahaan swasta terbesar di Amerika Serikat (AS).
Koch Industries juga menerima lebih dari 930 penghargaan untuk keselamatan, keunggulan lingkungan, pelayanan masyarakat, inovasi, dan layanan pelanggan.
Dalam keseharian, Charles Koch adalah orang yang sangat tertutup dan menghindari pusat perhatian. Dia juga menjaga privasi keluarganya. Meski demikian, ia telah menikah dengan istrinya Liz sejak 1972 dan memiliki dua anak. Namun, ia adalah penderita kanker prostat.
Charles Koch kini memiliki harta kekayaan yang mencapai USD44,9 miliar (Rp658 triliun) menurut Forbes dan menduduki tahta orang terkaya ke-18 di dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: