Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Informasi Bocor, Kematian Covid-19 di Iran Ternyata Jumlahnya...

Informasi Bocor, Kematian Covid-19 di Iran Ternyata Jumlahnya... Iran menggunakan meriam air polisi untuk menyemprot disinfectan di jalan kota Teheran. | Kredit Foto: Twitter/RezaBagheriSharaf

Menurut seorang dokter yang mengetahui mengenai masalah ini, Kementerian Kesehatan Iran berada di bawah tekanan dari badan-badan keamanan dan intelijen di dalam Iran. Tekanan itu membuat kementerian melakukan “bantahan”.

"Awalnya mereka tidak memiliki alat pengujian dan ketika mereka mendapatkannya, mereka (alat uji) tidak digunakan secara cukup luas. Posisi dinas keamanan itu tidak mengakui keberadaan virus corona di Iran," kata dokter yang tidak mau disebutkan nama aslinya itu.

Baca Juga: Siapa Berani Serang Iran, Gak Akan Selamat

Adalah kegigihan dua bersaudara, keduanya dokter dari Qom, yang memaksa kementerian kesehatan mengakui kasus resmi Covid-19 pertama.

Ketika Dr Mohammad Molayi dan Dr Ali Molayi kehilangan saudara laki-laki mereka, mereka bersikeras bahwa dia masih harus diuji untuk Covid-19, yang ternyata positif.

Di rumah sakit Kamkar, tempat saudara lelaki mereka meninggal, banyak pasien dirawat dengan gejala yang mirip dengan Covid-19, dan mereka tidak mau menanggapi perawatan yang biasa. Namun demikian, tidak satu pun dari mereka diuji untuk penyakit ini.

"Mereka tidak beruntung. Seseorang yang baik dan berpengaruh kehilangan saudaranya. Dr Molayi memiliki akses ke para pria (pejabat kementerian kesehatan) ini dan tidak menyerah," jelas dokter itu.

Dr Molayi merilis video almarhum saudaranya dengan sebuah pernyataan. Kementerian kesehatan akhirnya mengakui kasus yang pertama kali dicatat.

Alasan ditutup-tutupinya informasi mengenai pandemi Covid-19 diduga berkaitan dengan serangkaian krisis dan kejadian yang terjadi di Iran pada saat itu.

Awal wabah Covid-19 bertepatan dengan peringatan Revolusi Islam 1979 dan pemilihan parlemen.

Ini adalah peluang besar bagi Republik Islam untuk menunjukkan dukungan rakyatnya dan tidak ingin mengambil risiko kesempatan itu rusak karena pandemi virus.

Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi, menuduh beberapa orang ingin menggunakan virus corona untuk merusak pemilihan. Pada akhirnya pemilihan parlemen Iran berlangsung dengan tingkat partisipasi yang sangat rendah.

Iran saat itu juga tengah terlibat ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) terkait pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani di Irak.

Kementerian kesehatan mengatakan bahwa laporan negara itu kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai jumlah kasus dan kematian virus corona "transparan" dan "jauh dari penyimpangan".

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: