Raksasa media sosial Facebook menghapus hampir 800 grup yang terkait kelompok konspirasi QAnon. Grup tersebut dihapus karena unggahan yang mendukung kekerasan, menunjukkan niat untuk menggunakan senjata, atau menarik pengikut dengan pola perilaku kekerasan.
Dilansir di Reuters, Kamis (20/8/2020), jejaring sosial terbesar di dunia itu juga memberlakukan pembatasan pada 1.950 grup QAnon pribadi dan publik yang tersisa yang dapat ditemukannya. Facebook tidak akan lagi merekomendasikan mereka kepada pengguna dan membuat mereka cenderung tidak ditemukan dalam pencarian.
Baca Juga: Kepincut TikTok, Tapi Facebook Malah Buat Tiktok Murka
Sebelumnya, Facebook mengatakan akan memperluas kebijakannya tentang risiko yang dirasa terhadap keselamatan publik. Ratusan ribu pengguna Facebook diketahui termasuk dalam satu atau lebih grup QAnon. Namun, perusahaan ini menolak untuk memberikan angka yang lebih tepat.
Facebook juga menghapus 980 kelompok yang dikatakan mendorong kerusuhan, sebuah mayoritas yang dipandang sebagai milisi sayap kanan pada umumnya, tetapi sejumlah besar diidentifikasi sebagai bagian dari gerakan antifa kiri.
Penghapusan yang telah lama dinantikan itu terjadi di tengah kritik berkelanjutan karena aktivitas QAnon telah melonjak di Facebook tahun ini. Twitter sebelumnya menghapus ribuan akun QAnon.
QAnon dimulai setelah konspirasi palsu pizzagate menjelang pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS) tahun 2016. Saat itu, ada tudingan yang mengklaim bahwa anggota Partai Demokrat terlibat dalam lingkaran pedofil dari ruang bawah tanah sebuah restoran di Washington.
Konspirasi itu berpusat pada unggahan anonim dari seseorang yang menggunakan julukan Q yang mengaku sebagai pejabat tinggi dalam pemerintahan Presiden Donald Trump.
Q dan pendukungnya yang paling banyak mengidolakan Trump dan telah menegaskan bahwa elite Partai Demokrat dan Hollywood menyembah setan, memakan anak-anak, dan dalam beberapa kasus telah dieksekusi setelah pengadilan militer rahasia dan digantikan oleh para aktor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: