Fahri menyarankan orang-orang yang kontra itu mempelajari terminologi dinasti politik dengan benar. Jangan karena kemarahan terhadap Jokowi, mereka mencomot terminologi asal itu di medsos.
"Itu tidak bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan dunia akademik dan juga di hadapan Allah SWT," tandasnya.
Baca Juga: Fahri Hamzah Bela Mati-Matian: Anies Baswedan Satu-Satunya Gubernur...
Sikap Fahri kali ini sungguh berbeda dengan cuitannya di Twitter, pertengahan Oktober tahun lalu. Saat itu, Fahri melontarkan kritik terkait rencana Gibran yang ingin maju sebagai calon Walikota Solo.
Kata dia, selain dianggap belum matang, terjunnya Gibran akan memunculkan penilaian dari publik bahwa Jokowi ingin membangun dinasti kekuasaan. "Santai ajalah. Berilah tenaga pada reputasi Presiden itu lebih penting sekarang," cuit @Fahrihamzah, Selasa (8/10/2019).
Gibran dianggap akan membebani reputasi Jokowi jika nekat maju dalam gelaran Pilkada. Fahri mengingatkan, di seputar kekuasaan, feodalisme bisa membakar kredibilitas dan reputasi. Tapi para "penjilat" membuatnya seperti sebuah pelayanan, seolah itu hal yang benar dilakukan.
"Jangan mau diolok-olok oleh penjilat yang akhirnya merusak susu sebelanga, mendingan susu dibikin martabak saja. Eman-eman," imbuhnya.
Perbedaan sikap Fahri ini membuat geram warga dunia maya. Akun @asong66 misalnya, menyindir dengan pantun ria. "Naik delman bareng dakocan, di jalan melindas keong. Fahri Hamzah dulu macan, sekarang jadi meong," kicaunya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo