Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biar Ahok Gak Diamuk Orang, Ini Nasihat Sobatnya, Gak Kuat Bacanya, Bikin Bergidik!

Biar Ahok Gak Diamuk Orang, Ini Nasihat Sobatnya, Gak Kuat Bacanya, Bikin Bergidik! Kredit Foto: Antara/Hiro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengusaha Mardigu Wowiek alias Bossman Sontoloyo memberikan nasihat kepada sahabatnya yang juga Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) usai dirinya membuka aib dan kebobrokan sistem di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), khususnya Pertamina. Persoalan ini ramai jadi perbincangan di media sosial.

Mardigu mengaku suka dengan gagasan dan karakter Ahok. Akan tetapi, ia menegaskan Ahok mesti menerapkan cara komunikasi yang elegan karena termasuk tokoh yang menjadi pusat perhatian publik. Baca Juga: Orang 212 Sewot Sejadi-jadinya, Terus Serang Ahok: Si Mulut Comberan..

"Kepada temanku Ahok, saya ingin menyampaikan pesan. Ada hal yang beda ketika pejabat publik bicara dengan masyarakat umum bicara. Pilih-pilih kata. Saya secara pribadi selaku teman, ide Anda, cara berpikir Anda, bahkan tindakan Anda saya suka, namun dalam komunikasi publik mungkin kita berdua ada samanya yang harus kita perbaiki, namun saya bukan pejabat publik," tulisnya dalam akun Instagramnya seperti dilihat di Jakarta, Selasa (22/9/2020).

Menurutnya, dalam konteks komunikasi, setiap kata harus dipilih dengan baik karena bisa saja pesan yang diterima oleh lawan bicara bisa saja tidak sesuai dengan maksud dari pemberi pesan. Ia pun memberi contoh terminologi kadrun dalam kalimat yang diucapkan Ahok, "kalau saya jadi Dirut Pertamina kadrun bisa demo."

Baca Juga: Teriak-teriak Buka Borok Pertamina, Cuma Intrik Politik Ahok!

Mungkin bagi Ahok dan sebagian orang menganggap diksi kadrun hanya gurauan, tetapi sebagian orang lagi bisa jadi akan menganggap kata tersebut sebagai sebuah serangan. Ia pun berharap Ahok bisa belajar dari pengalaman sebelumnya dengan menghindari pernyataan-pernyataan yang menggunakan bahasa sensitif agar tak menimbulkan rasa kebencian.

"Namun kalau saya boleh buka, ya saya buka-bukaan, demi bangsa ini bersatu, dan bangsa ini damai. Asal masalahnya sederhana, ini semua adalah karena minority syndrome, sindrom kaum minoritas. Sabar, jangan kesal dulu. Baru dibuka sedikit sudah lompat pikirannya berasumsi negatif, sudah bete, sing sabar. Fakta memang begitu, pahit, sepet," kata Mardigu.

Sambungnya, "Anti-dijajah negara lain. Tetap terbuka untuk belajar dari kelebihan negara lain. Tidak ada mayoritas minoritas, yang ada Indonesia. No adu domba. Mari bersatu untuk merdeka, membangun bangsa dan negara Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: