Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri Media Tergusur Medsos, Legislator Minta Pemerintah...

Industri Media Tergusur Medsos, Legislator Minta Pemerintah... Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Pandemi Covid-19 dinilai berdampak langsung terhadap industri media. Hal itu terbukti, sektor iklan maupun kerja sama komersil yang diperoleh media semakin menyusut. Bahkan situasi ini mengancam eksistensi media mainstrem yang mampu menangkal hoax tergeser oleh sosial media.

Menanggapi hal ini, Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi NasDem, Muhammad Farhan menilai, rangkaian jurnalistik yang membutuhkan pendanaan memadai jadi tantangan di masa pandemi Covid-19. Bahkan, di masa pandemi ini berbagai perusahaan mengambil langkah pemotongan belanja media mainstream dan memindahkan ke media  sosial sehingga dikhawatirkan mengancam keberlangsungan industri jurnalistik. Baca Juga: MAKI Minta Nyanyian Bekas Sekjen Nasdem Ditelusuri

"Industri media punya peran strategis sebagai sumber verifikasi berita dan informasi. Akuntabilitas media mainstream lebih tinggi daripada sekedar konten sosmed. Hanya media yang mampu memenuhi keinginan publik nantinya mendapatkan informasi resmi yang terverifikasi atau bebas dari hoax," kata Farhan kepada wartawan, Selasa (29/9/2020).

Baca Juga: Terseret Kasus Pinangki, Politikus Nasdem Ditahan KPK

Media yang merupakan bagian dari empat pilar demokrasi harus tetap menjadi corong atau jembatan bagi perusahan maupun lembaga pemerintah dan sejenisnya dengan memperkuat pada sektor komersil. Pasalnya, berdasarkan survei Imogen Communication Institute (IGI) terhadap 140 media di 10 kota besar di Indonesia. Hasilnya, 70,2 persen responden menyatakan pandemi Covid-19 ini berdampak terhadap bisnis media. Untuk itu, pihaknya mendorong agar pemerintah pusat dan daerah mengalokasikan anggaran yang memadai untuk belanja iklan di media mainstream sebagai bagian dari menjaga Ketahanan Nasional.

"Industri media memiliki sejarah panjang dan kontribusi dalam perjuangan bangsa sejak sebelum kemerdekaan hingga masa sekarang," katanya.

Adapun, Ketua Fraksi NasDem DPR RI, Ahmad M Ali menjelaskan, program-program pemerintah untuk menangkal hoax dan literasi media berada diambang kegagalan jika tidak ada upaya afirmatif terhadap industri media.

“Bisa dibayangkan kalau teman-teman jurnalis tidak bisa lagi dipekerjakan oleh industri media. Hoax, disinformasi, dan lainnya akan merajalela. Kerja jurnalis itu harus di dukung pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah, kementerian dan lainnya harus punya kebijakan afirmatif belanja media,” tegasnya.

Kebijakan afirmatif bagi keberlangsungan industri media mutlak diperlukan disaat ini. Ia menuturkan saat gempuran informasi yang bertubi-tubi hanya kerja jurnalistik yang bisa menjadi harapan dari masyarakat informasi yang sehat. 

“Industri pers itu dalam pengeluarannya sama dengan industri lain. Dia butuh belanja mulai dari energi yang dipakai, kertas, biaya kantor dan Gudang, sampai biaya riset dan inovasi. Sialnya, industri media tidak bisa bekerja serta merta hanya untuk mencari untung seperti industri komersil lainnya. Dari situlah panggilan tanggung jawab pemerintah karena pers merupakan bagian dari pilar demokrasi,” jelasnya.

Ali menambahkan, pemerintah sudah tepat menciptakan situasi dimana demand terhadap industri media tetap bertahan dan membesar dengan kampanye anti hoax dan penyesatan informasi. 

"Perlu juga dorongan dari sisi suplai, belanja media dari institusi pemerintah juga harus di dorong. Toh juga banyak kebijakan dan rencana strategis pemerintah yang perlu disosialisasikan. Ingat! robohnya industri media akan menjadi bahaya bagi Indonesia," pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: